Program pemerdayaan korban bencana Palu dapat penghargaan di hari habitat

id Arkom, korban gempa, penyintas bencana,Gempa palu, Sulteng, palu

Program pemerdayaan korban bencana Palu dapat penghargaan di hari habitat

Lokasi relokasi mandiri warga korban Bencana di Kelurahan Mamboro, Kota Palu, Sulawesi Tengah. ANTARA/HO/Arkom Indonesia

Palu (ANTARA) -
Program pemberdayaan masyarakat korban bencana alam tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah mendapatkan penghargaan di hari habitat sedunia, Kamis (16/12) yang diinisiasi oleh Yayasan Arsitek Komunitas (Arkom) Indonesia dinobatkan sebagai Bronze Award Winner.
 
Direktur Yayasan Arkom Indonesia Yuli Kusworo di hubungi dari Palu, Selasa (22/12) mengatakan, hal ini dapat dicapai bukan karena kerja pihaknya semata, tetapi juga keinginan dan semangat masyarakat Kelurahan Mamboro yang menjadi korban tsunami 2018 silam, yang mau bangkit pasca bencana.
 
“Ini pencapaian terbaik, saya salut dengan kesabaran dan semangat masyarakat Mamboro Perikanan, yang akhirnya dapat menunjukkan bahwa mereka mampu bangkit, membangun kerjasama jangka panjang, tidak sekedar membangun rumah secara fisik,’’jelas Yuli.
 
Menurutnya, selain Arkom dan masyarakat, Pemerintah Kota Palu juga berperan penting atas kesuksesan program pemberdayaan masyarakat ini.
 
‘’Pemerintah Kota Palu, khususnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat merupakan aktor paling penting atas kesuksesan proyek ini. Terima kasih atas terobosan yang kita telah lakukan bersama untuk masyarakat Mamboro Perikanan,’’ ujar Yuli.
 
Tahun 2018, gempa magnitudo 7,4 memicu tsunami menghancurkan sebagian besar pesisir pantai teluk Palu. Ribuan orang tewas dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal.
 
Pascabencana, kata dia, pemerintah menyusun program relokasi masyarakat pesisir yang paling berisiko, termasuk warga Kampung Mamboro Perikanan. Namun, letak lahan relokasi tersebut berada 5 kilometer dari bibir pantai yang terlalu jauh dari sumber pendapatan utama warga.
 
Warga bekerja sama dengan Arkom Indonesia untuk mencari dan mengusulkan lokasi alternatif di zona aman yang masih memungkinkan mereka tetap dekat dengan laut, sebagai lokasi pendapatan utama warga.
 
Usulan pembangunan pemukiman kolektif untuk habitat yang lebih baik ini kemudian diterima oleh Pemerintah Kota Palu. Penyintas kemudian secara aktif terlibat dalam proses perencanaan, desain rumah dan pembangunan 38 rumah panggung dan rumah tapak tahan gempa.
 
‘’Keberhasilan program ini telah mendorong perubahan kebijakan di level Nasional yang memberi kesempatan ribuan orang untuk memutuskan bagaimana dan di mana mereka membangun kembali kehidupannya,’’ tutur Yuli.
 
David Ireland, Chief Executive World Habitat mengatakan, program yang dilakukan Arkom Indonesia telah memberikan solusi yang baik untuk warga korban bencana tsunami, yang ikut mendukung relokasi mandiri ke zona aman, tetapi masih berdekatan dengan laut, sebagai lokasi mata pencarian mereka.
 
 “Daerah pesisir menjadi area berbahaya untuk dihuni. Relokasi masyarakat ini telah memberikan solusi, membantu masyarakat pindah ke zona aman dengan tetap hidup dekat dengan laut. Hal ini memungkinkan mereka untuk melanjutkan pekerjaan mereka di bidang perikanan dan industri lainnya yang terkait dengan laut,’’ ucap David.