Pengembangan Udang Windu Terkendala Benih

id atjo

Pengembangan Udang Windu Terkendala Benih

DR Ir Hasanuddin Atjo, MP di tambak di tambak miliknya di Kabupaten Barru, Sulsel, lokasi penemuan dan implementasi teknologi budidaya Supra Intensif Indonesia (SII) sejak 2011. (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Pengembangan udang ini kan terkait dengan bisnis. Kalau secara bisnis, akan berkembang baik. Maka, budi daya udang windu pasti tumbuh
Palu,  (antarasulteng.com) - Pengembangan udang windu di Indonesia dewasa ini sudah jauh tertinggal dibanding udang vaname karena terkendala masalah penyediaan benih yang unggul.

"Pengembangan udang ini kan terkait dengan bisnis. Kalau secara bisnis, akan berkembang baik. Maka, budi daya udang windu pasti tumbuh," kata Ketua Perhimpunan Pengusaha Tambak Udang (Shrimp Club Indonesia/SCI) wilayah Sulawesi Hasanuddin Atjo di Palu, Selasa.

Persoalan sekarang, kata pengusaha udang vaname ini, benih udang windu itu masih sulit didapatkan karena Indonesia belum berhasil mengembangkan induk udang berkualitas untuk benih seperti yang dilakukan di Hawai, Amerika Serikat dan Australia.

Jadi, kata penemu teknologi budi daya udang supraintensif Indonesia itu, bila udang windu akan dikembangkan dalam skala besar, harus mengimpor induk dari luar negeri yang memiliki induk windu yang berkualitas tinggi.

Saat ini, kata Atjo, dari sekitar 600.000 ton produksi udang Indonesia, sebanyak 80-an persen adalah udang vaname, bahkan udang yang beredar di pasar dunia dewasa ini kebanyakan adalah udang vaname.

Ia mengatakan bahwa udang windu memang masih dibutuhkan di dalam negeri. Namun, karena kontinuitas suplai yang tidak terjamin menyebabkan industri pengolahan udang mulai kurang melirik udang windu.

Di Sulawesi misalnya, udang windu memang masih dikembangkan oleh sejumlah petambak dengan teknologi tradisioal dan produksinya hanya untuk memenuhi pasar-pasar lokal, restoran, dan perhotelan, tidak lagi berorientasi ke pemenuhan kebutuhan industri dan ekspor.

Khusus di Sulteng, Dinas Kelautan dan Perikanan terus mengembangkan teknologi supraintensif Indoensia untuk budi daya udang vaname karena teknologinya sudah dikuasai dan terbukti efektivitasnya serta penyediaan benih sudah terjamin kualitasnya.

"Dengan teknologi supraintensif Indonesia yang diluncurkan di Sulawesi Selatan pada tahun 2013, produktivitas tambak udang vaname saat ini bisa mencapai 153 ton/hektare/siklus panen (setahun dua kali panen), dan tercatat sebagai produktivitas tertinggi di dunia sampai saat ini," ujar Atjo yang juga Kepala Dinas KP Sulteng itu.

Bila teknologi ini bisa dikembangkan seluas 1.000 hektare, Indonesia bisa meningkatkan produksi udang sebesar 150.000 ton/siklus panen atau sebanyak 300.000 ton per tahun.

***1***

(T.R007/B/D007/D007) 15-03-2016 12:30:28