Ketua MUI Palu: Alquran jadi sumber pengetahuan manusia

id Zainal Abidin,MUI,MUI Palu,Nuzulul Quran,Ramadhan 1443 Hijriah

Ketua MUI Palu:  Alquran jadi sumber pengetahuan manusia

Arsip Foto-Ketua MUI Kota Palu Prof KH Zainal Abidin MAg (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Palu (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah KH Zainal Abidin mengemukakan kehadiran Alquran di muka bumi menjadi sumber rujukan pengetahuan manusia, khususnya umat Islam.

"Kehadiran Alquran menjadi pengantar perubahan peradaban umat manusia," ucap Zainal Abidin dihubungi dari Palu, Selasa malam (19/4), berkaitan dengan momentum Nuzulul Quran.

Ia mengatakan Alquran menjadi pengantar peradaban manusia, karena Alquran menjadi sumber dari ilmu pengetahuan, hukum, sosial dan menjadi solusi berbagai persoalan kemanusiaan.



Oleh karenanya, ia menegaskan Alquran perlu dipelajari dengan baik dan benar, menyangkut dengan apa yang terkandung di dalam Alquran.

"Alquran bukan hanya dibaca biasa, tapi perlu memahami dan menghayati maksudnya serta diamalkan," ungkap Zainal.

Dengan dibaca, dipahami dan menghayati maksud serta diamalkan, menurut Zainal, Alquran benar-benar ditempatkan sebagai petunjuk bagi setiap yang melakukan hal itu.

Zainal Abidin mengemukakan Nuzulul Quran atau malam dimana Alquran diturunkan, salah satu tujuannya, yakni sebagai pembeda yang baik dan buruk.

Pernyataan Zainal Abidin ini mengutip Firman Allah dalam Surah Al Baqarah Ayat 185 berbunyi "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)".

Karena itu, Rektor Pertama IAIN Palu ini mengemukakan bahwa setiap peringatan Nuzulul Quran di bulan Ramadhan oleh umat Islam, berdampak pada perubahan-perubahan dalam menjalani kehidupan.



Dia menyebut Alquran tidak diturunkan tanpa maksud dan tujuan. Bahkan, kata dia, Alquran tidak diturunkan dalam ruang kosong atau hampa. Melainkan ada suatu kondisi dan situasi tertentu sehingga Alquran di turunkan.

Dia menyatakan beberapa ayat dalam Alquran sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi. Dengan demikian, dibutuhkan pemahaman yang mendalam terkait memahami Alquran. "Sehingga, penafsiran dan pemahaman Alquran harus juga kontekstual dengan kondisi budaya dan masyarakat saat ini," ujarnya.

Dia mengemukakan pemahaman yang dinamis sangat dibutuhkan dalam memahami teks Alquran. Memahaminya tidak boleh dengan pemahaman yang statis. Akan tetapi, pemahaman itu tidak harus meninggalkan konteks sejarah Alquran diturunkan