Pemkot Palu gencarkan penanganan stunting dengan program "Palu Mahesa"

id Dinkes kota Palu ,Stunting ,Pemkot Palu,Palu Mahesa

Pemkot Palu gencarkan penanganan stunting dengan program "Palu Mahesa"

Arsip foto - Pemerintah Kota Palu melakukan sejumlah langkah dan inovasi untuk pencegahan dan penanganan stunting di daerah salah satunya program Dapur Sehat Atasi Stunting di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (14/3/2023) (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah, menggencarkan upaya percepatan penanganan stunting di daerah itu, salah satunya dengan inovasi program Palu Mahesa.
 


"Palu Mahesa ini merupakan paket stimulus pencegahan stunting yang diberikan pada 1.000 hari pertama kehidupan, yang programnya sudah dimulai tahun lalu," kata Koordinator Sub Gizi Dinas Kesehatan Kota Palu Arli Oriesta di Palu, Jumat.

 

Ia mengatakan intervensi tersebut dilakukan dengan memberikan paket makanan kepada baduta (anak usia di bawah dua tahun atau sekitar 0-23 bulan), ibu hamil yang mengalami anemia, dan ibu menyusui yang memiliki bayi berat badan lahir rendah (BBLR).

 

Ia menjelaskan selama periode waktu tiga bulan pihaknya memberikan paket bahan makanan, seperti makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan suplemen.

 

Selain itu, kata dia, bentuk intervensi lain yang dilakukan, yakni inovasi Nosia Lapale yang melibatkan semua sektor atau pemangku kepentingan terlibat dalam percepatan penurunan stunting.

 

Salah satunya, kata dia, Dinkes Kota Palu bekerja sama dengan Perum Bulog untuk memberikan beras terfortifikasi yang memiliki tambahan vitamin selama enam bulan guna mencegah stunting.

 

"Tahun lalu diberikan kepada 146 baduta stunting, ibu hamil anemia 28, ibu dengan BBLR 35. Untuk tahun ini, ada 144 dari 26 kelurahan yang kami berikan, yakni ada 110 baduta, 17 ibu hamil anemia, 17 ibu yang menyusui," katanya.

 

Menurut dia, dengan mengomsumsi beras terfortifikasi akan sangat membantu pemulihan percepatan untuk perbaikan gizi mereka.

 

Ia juga mengemukakan bahwa percepatan penurunan stunting tidak bisa dilakukan sendiri, dan dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak.

 

"Kami juga bekerja sama dengan puskesmas, kader posyandu, dan tim pemberdayaan kesehatan keluarga (PKK)," katanya.

 

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023, angka prevalensi stunting Kota Palu 24,7 persen dari tahun sebelumnya 23,9 persen atau meningkat 0,8 persen.

 

Lalu data e-PPBGM, prevalensi stunting di daerah ini turun sekitar 1,8 persen dari 7,85 menjadi 6,19 dari 90 persen hasil penilaian terhadap balita, ibu hamil, dan komponen lainnya.

 

Data e-PPBGM juga menunjukkan, 1.221 balita di daerah ini terkena stunting dari 22.400 lebih balita di Kota Palu.