Upaya pemerintah kendalikan gejolak harga beras

id beras,pemerintah

Upaya pemerintah kendalikan gejolak harga beras

Beras (Foto Antara)

Palu,  (Antaranews Sulteng) - Provinsi Sulawesi Tengah selain memiliki cadangan pangan beras yang cukup memadai, juga diapit dua provinsi tetangga penghasil beras terbesar di Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Dua provinsi tentangga Sulteng yang selama ini merupakan lumbung beras di Pulau Sulawesi dan KTI itu yakni Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan.

Meski Sulteng termasuk daerah produsen beras, tetapi selama ini juga memberi peluang kepada dua provinsi itu beras hasil produksi petani juga diperdagangkan di pasar-pasar tradisional di Kota Palu.

Jika kita pergi ke Pasar Tradisional Masomba atau Manonda, maka beras yang dijual para pedagang tidak semuanya berasal dari petani di Sulteng, tetapi ada juga beras didatangkan para pedagang dari Sulsel dan Sulbar.

Karena memang, dua daerah tersebut bertetangga dengan Provinsi Sulteng.

Selama ini, kebutuhan pokok beras merupakan salah satu komoditas pangan yang terbilang harganya di pasaran normal. Kalaupun naik, peningkatannya relatif kecil.

Itupun, kenaikan harga beras biasanya dipicu harga di tingkat produsen, sehingga pelaku pasar terpaksa ikut menyesuaikan agar tidak merugi.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, harga beras di tingkat pengecer terbilang cukup terkendali. Hal itu dikarenakan selain produksi petani melebihi kebutuhan masyarakat dan juga beras dari tetangga masuk ke pasar-pasar tradisional di Kota Palu khususnya, juga karena pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Sulteng rutin melakukan pamanntauan ke lapangan.

Misalkan di tingkat provinsi, ada tim terpadu pengendalian inflasi (TPID) dengan beranggotakan sejumlah instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Biro Ekonomi Pemprov Sulteng, Bank Indonesia (BI) dan Perum Bulog secara rutin dan periodik turun ke pasar melalukan pengawasan.

Begitu halnya dengan tim satgas pangan yang dikoordinir oleh Polda Sulteng rutin melakukan sidak ke pasar-pasar tardisional, modern dan juga gudang-gudang beras baik milik BUMN mapun swasta.

Tidaklah heran, jika selama ini hampir tidak pernah terdengar adanya gejolak harga beras. Apalagi gejolak harga diakibatkan karena stok beras di pasar-pasar menipis dan adanya tindakan penimbunan stok beras.

Hingga kini, baik TPID maupun satgas pangan Sulteng belum pernah menemukan adanya upaya penimbunan stok beras yang dilakukan pihak-pihak tak bertanggungjawab.

Karena memang pemerintah daerah bersama seluruh jajaran TPID dan juga satgas pangan dari tingkat provinsi sampai kabupaten/kota di Sulteng memberikan perhatian serius terhadap pendistribusian, stok dan stabilisasi harga pangan dan kebutuhan lainnya di pasaran.


Kemendag pantau OP

Tim dari Kemenerian Perdagangan (Kemendag) selama beberapa hari berkunjung ke Kota Palu dalam rangka melakukan pemantauan kegiatan operasi pasar (OP) yang dilakukan pemerintah melalui Perum Bulog dari pusat sampai ke daerah-daerah, termasuk di Provinsi Sulteng.

Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Fajarini Puntodewi selama berada di Kota Palu mengunjungi dua Pasar Induk Tradisional yakni Masomba Palu yang terletak di belakang Mall Ramayana Tatura dan Pasar Induk Tradisional Manonda di Kecamatan Palu Barat.

Kedua pasar tradisional di Kota Palu itu selama ini menjadi acuan data perkembangan harga berbagai kebutuhan, termasuk bahan pokok beras.

Ikut serta dalam monitoring itu antara lain Kadis Perindustrian dan Perdagangan Sulteng, Arief Latjuba, Kelapa Divisi Regional Perum Bulog Sulteng, Khozim dan sejumlah anggota Satgas Pangan Polda Sulteng.

Dalam kunjungan tersebut, tim dari Kementerian Perdagangan dan Satgas Pangan Sulteng sempat mengunjungi sejumlah lapak pedagang beras di Kawasan Pasar Masomba dan Manonda yang juga merupakan mitra Bulog Sulteng yang ikut menjual beras medium hasil pembelian dari petani lokal.

Dalam kesempatan itu, tim Kemendag sempat berbincang-bincang dengan pedagang soal persediaan dan harga beras di pasaran relatif terkendali.

"Memang ada sedikit kenaikan harga beras, tetapi masih di bawah harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah pusat," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasiaonal, Fajarini.

Tim yang sama, kata dia, juga bergerak di seluruh provinsi di Tanah Air. Kegiatan ini, kata dia, dilakukan secara nasional di semua daerah di Indonesia.

Keberadaan tim dari Kemendag bergerak ke semua provinsi dalam rangka memantau ketersediaan dan perkembangan harga beras di pasaran di setiap daerah.

Sulteng, kata dia, termasuk daerah yang aman baik secara ketahanan stok maupun kondisi harga beras terbilang normal, meski ada kenaikan sedikit.

"Pokoknya stok dan harga beras di Sulteng cukup oke," kata dia.

Ia menjelaskan beberapa waktu lalu, pemerintah pusat telah menetapkan HET beras medium dan premium. HET beras medium ditetapkan pemerintah sebesar Rp9.450/kg dan beras premium Rp12.800/kg.

Dia menambahkan dalam rangka menjaga kestabilan harga beras di pasaran memasuki awal 2018 ini, pemerintah pusat telah menugaskan kepada Bulog di seluruh daerah untuk melakukan operasi pasar (OP) beras medium.

Bulog sudah melaksanakan operasi pasar dengan menjual beras medium seharga Rp8.500/kg. Harga ini jauh di bawah HET yang ditetapkan pemerintah.

Karena itu, pemerintah memberikan apresiasi kepada Bulog dan berharap stabilisasi harga beras di daerah itu tetap terjaga.


Sasaran OP

Kajarini juga minta Bulog Sulawesi Tengah memperbanyak sasaran dari kegiatan operasi pasar untuk stabilisasi harga pangan, khususnya beras di daerah itu.

"Tujuan utama dari operasi pasar adalah untuk mengatasi kenaikan harga beras di tingkat pengecer," kata dia.

Karena itu, Bulog sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah yang selama ini dipercayakan membeli dan menyalurkan beras kepada masyarakat miskin di daerah, termasuk di Provinsi Sulteng dalam operasi pasar agar memperluas titik-titik penjualan beras bekerja sama pedagang pengecer.

Semakin banyak kerja sama dengan pengecer menjual beras medium yang disediakan Bulog untuk mendukung pelaksanaan operasi pasar, akan semakin bagus.

Apalagi, kata dia, harga beras medium yang dijual Bulog di pasar-pasar tradisional melalui operasi pasar cukup murah. "Harga beras medium dijual Bulog hanya Rp8.500/kg," katanya.

Harga itu relatif murah dan akan sangat membantu masyarakat golongan menengah bawah yang selama ini sebagai konsumen utama beras medium.

Jika titik-titik penjualan beras Bulog di pasar-pasar tradisional lebih banyak, maka itu akan cepat berdampak positif terhadap harga beras di tingkat pengecer akan turun.

Konsumen tentu akan membeli beras yang harganya jauh lebih murah dari harga beras yang dijual para pedagang.

Sementara Kepala Perum Bulog Sulteng, Khozin mengatakan sejak beberapa hari ini sampai batas waktu tertentu, pihaknya melaksanakan operasi pasar khusus menjual beras medium.

Bulog, kata dia, tidak menjual langsung, tetapi melalui mitra (pedagang pengecer) yang ada di pasar-pasar tradisional di Kota Palu dan kabupaten lainnya di wilayah Sulteng.

Khusus di Kota Palu, operasi pasar dilaksanakan di dua pasar tradisional yakni Masomba dan Manonda. Dua pasar tersebut selama ini menjadi ukuran bagi BPS dalam pendataan berbagai harga komoditas pangan dan lainnya.

Bulog Sulteng saat ini masih punya stok beras di gudang dalam jumlah memadai. Paling tidak stok yang ada sekarang ini dijamin cukup sampai November 2018.