NU: perempuan Sigi harus berperan redam konflik

id Zainal

NU: perempuan Sigi harus berperan redam konflik

Palu Prof Dr H Zainal Abidin MAg (Foto: Humas/Muhammad Hajiji)

Sigi,  (Antaranews Sulteng) - Rois Syuria Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Tengah Prof Zainal Abidin MAg menghimbau perempuan di Kabupaten Sigi untuk turut serta terlibat dalam upaya meredam konflik sosial di daerah itu.

"Perempuan tidak boleh hanya diam, dan membiarkan pertikaian atau konflik sosial terjadi," ucap Prof Dr Zainal Abidin di Sigi, Senin.

Guru Besar Pemikiran Islam Modern IAIN Palu ini saat menyampaikan ceramah pada tabligh akbar Satuan Tugas Nusantara Polres Sigi menyebut perempuan dapat berperan dalam upaya pencegahan konflik sosial yang terjadi.

Ketua MUI Kota Palu ini mengemukakan upaya yang dapat dilakukan oleh kaum hawa di Sigi, yakni, melarang anaknya untuk ikut serta dalam pertikaian sosial.
 
Ketua MUI Palu Prof Dr H Zainal Abidin MAg menyampaikan ceramah pada tabligh akbar yang di gelar oleh Satuan Tugas Nusantara Polres Sigi, di Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Minggu 1 Juni 2018 (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji)


Ia menegaskan orang tua jangan terlibat dalam aksi kekerasan dan konflik sosial. Sebaliknyta orang tua harus menjadi pendamai, yaitu dengan memperlihatkan peran orang tua untuk melarang anaknya terlibat pertikaian.

Karena itu, keluarga dan rumah tangga harus mengetahui aktivitas anaknya saat bepergian keluar rumah dan kegiatan yang dilakukan di luar rumah.

"Upaya yang maksimal yakni harus berangkat dari rumah tangga. Yaitu orang tua sebagai kepala rumah tangga ayah dan ibu, harus membina anak-anak dengan baik," ujarnya.

Kapolres Sigi AKBP Wawan Sumantri pada tabligh akbar yang berlangsung di Kecamatan Marawola, mengaku bahwa beberapa wilayah di Sigi rentan dengan konflik sosial yang dilatarbelakangi oleh berbagai masalah.

"Saat saya mulai menjabat sebagai Kapolres Sigi, saya senang karena daerah ini dilaporkan tinggi PAD-nya. Namun kemudian saya terkejut karena ternyata PAD yang dimaksud bukan pendapatan asli daerah, tapi perkelahian antardesa. Ini yang jadi tantangan," katanya.

Pertikaian dan konflik sosial yang terjadi, katanya, telah menelan korban jiwa dari pihak yang bertikai.

Terhitung sejak Februari 2018 telah terdapat dua orang korban yang disebabkan oleh pertikaian atau konflik sosial dari masing-masing pihak.

"Banyak pula yang telah kami tahan, sebagiannya anak-anak usia sekolah," ujarnya.

Ia menyebut bahwa Polres Sigi telah melakukan sejumlah langkah antara lain preventif, mengunjungi masyarakat serta tabligh akbar dengan sejumlah kegiatan sosial keagamaan lainnya.