ADB: Universitas Kurang Terhubung Dengan Tenaga Kerja

id adb, universitas

ADB: Universitas Kurang Terhubung Dengan Tenaga Kerja

Ilustrasi (antaranews)

Jakarta - Bank Pembangunan Asia (ADB) menyatakan bahwa perguruan tinggi di berbagai negara di Asia seharusnya dapat lebih baik dalam menghubungkan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja untuk memastikan lulusan yang berkualitas.

"Kemampuan Asia untuk bersaing dalam dunia yang telah terglobalisasi ini bergantung kepada kesiapan mahasiswa yang masuk universitas, kesiapan lulusan dalam pasar tenaga kerja, dan adanya akselerasi inovasi, sains, dan teknologi guna menciptakan produk dan jasa baru," kata Kepala Praktik Pendidikan Departemen Pembangunan Berkelanjutan dan Regional ADB, Jouko Sarvi, dalam siaran persnya  yang diterima di Jakarta, Selasa.

Juoko Sarvi memaparkan, berdasarkan laporan baru dari ADB bertajuk "Improving Transitions: From School to University to Workplace", siswa Asia mesti lebih dipersiapkan dalam menghadapi pendidikan di tingkat yang lebih tinggi termasuk dalam kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis.

Apalagi, lanjutnya, peran pendidikan dalam mendukung pengembangan SDM semakin mengemuka di banyak negara Asia yang sedang beranjak menuju status kelas menengah sehingga memerlukan pertumbuhan tenaga kerja berkeahlian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi negara itu.

Ia berpendapat, ketidakcocokan antara sekolah, universitas, dan pasar tenaga kerja, terlihat nyata dalam tren terkait pasar tenaga kerja regional di Asia.

"Di Thailand, di mana sistem pendidikan lebih condong kepada ilmu sosial, 80 persen perusahaan melaporkan sukarnya mencari pegawai dengan kemampuan teknis yang memadai. Sementara tingkat pengangguran lulusan universitas papan atas di Republik Rakyat China berjumlah sebanyak 10 persen pada 2008," katanya.

Untuk itu, ADB merekonomendasikan agar lebih digalakkannya diversifikasi beragam opsi dari pendidikan tingkat tinggi yang ditawarkan kepada siswa, yang berkesusaian dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.

Hal tersebut, menurut dia, juga akan mendorong kemitraan dengan lembaga dan sektor swasta dalam rangka mendorong reformasi pendidikan di tingkat menengah di negara-negara di kawasan Asia.

Selain itu, lanjutnya, langkah-langkah diversifikasi opsi pendidikan tingkat tinggi juga dinilai akan membuat para siswa lebih siap dalam menghadapi pasar tenaga kerja pada masa depan.
   
Tidak mampu

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika mengatakan, karakteristik pembangunan ekonomi di Indonesia tidak mampu meningkatkan kesejahteraan kalangan menengah ke bawah karena kurang menyerap tenaga kerja.

"Pemerintah harus mengembalikan beberapa komponen penting yang menjadi daya jual dan mengembangkan setiap sektor yang berdaya saing tinggi. Selain nilai tambahnya besar, yang terpenting penyerapan tenaga kerja lebih tinggi," kata Ahmad Erani Yustika.(M040/SKD)