Wawali Palu 'Pasha Ungu' menangis dan nyatakan siap mundur (vidio)

id Wawali Palu,pasha,menangis,gempa

Wawali Palu 'Pasha Ungu' menangis dan nyatakan siap mundur (vidio)

Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Said yang lebih dikenal dengan Pasha Ungu meneteskan air mata ketika diwawancarai jurnalis di gedung DPRD Palu, Rabu (17/10), terkait gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda ibu kota Sulteng itu, Jumat 28 September 2019. (Antaranews Sulteng/Darwin Watir)

Palu (Antaranews Sulteng) - Wakil Wali Kota Palu, Sigit Purnomo Syamsuddin Said alias Pasha Ungu tak kuasa menahan haru hingga meneteskan air mata saat berbicara di depan jurnalis terkait bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda daerahnya dan mengakibatkan ribuan warga meninggal dan ratusan lainnya hilang serta kerusakan bangunan yang sangat parah dan masif.

Ia menyatakan siap mengundurkan diri dari jabatannya bila tidak mampu menyelesaikan persoalan yang mendera Kota Palu pascagempa dan tsunami disertai likuifaksi, 28 September 2018. 

"Saya secara pribadi sebagai wakil wali kota kalau memang dianggap tidak maksimal menjalankan pemerintahan, saya tidak ada masalah, saya siap diturunkan atau mengundurkan diri," ujar Sigit sembari meneteskan air mata di kantor DPRD Palu, Sulawesi tengah, Rabu.      

Pernyataan tersebut dikeluarkan Pasha di sela skors Rapat Dengar Pendapat di kantor DPRD setempat untuk mewakili Wali Kota Palu Hidayat yang berhalangan hadir.

Menurut dia, kalau setelah peristiwa ini pascagempa masyarakat memintanya mundur, dirinya siap, meski demikian dia belum menyampaikan secara formal kepada Wali Kota Palu, Hidayat bagaimana tanggapanya nanti. 

Dirinya juga tidak ambil pusing terhadap kelompok masyarakat tertentu yang sengaja memperkeruh suasana agar warga tidak mempercayai kinerjanya selama ini, sebab apa yang sudah dikerjakan dalam menangani bencana sudah dilakukan semaksimal mungkin.

"Kami tidak peduli dihujat, kami tidak mau pusing dihina sampai dikatakan tidak mampu, saya secara pribadi tanpa membawa unsur-unsur pemerintah berusaha bekerja.  Kalau setelah ini, saya (mundur), mungkin pak wali seperti apa nanti, bagaimana tanggap beliau, saya belum tahu," katanya. 
 
Jembatan Kuning, icon Kota Palu, yang rusak akibat gempa dan tsunami dengan latar belakang pelangi di Kawasan Kampung Lere, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (14/10). ANTARA FOTO/Wahyu Putro

Baca juga: Wawali Palu: Wali Kota diganggu, saya juga terganggu
Baca juga: Pasha Ungu : tidak benar kami tak prorakyat
Baca juga: DPRD Kota Palu Tetapkan Wali Kota/Wawali Terpilih

Vokalis band Ungu ini mengatakan diawal pascagempa bantuan logistik  yang datang sangat terbatas, lalu bagaimana perasaan bila ada warga tidak mendapatkan bantuan itu sementara mereka korban membutuhkan bantuan.    

"Apalah artinya saat datang diawal-awal hanya satu truk, kira-kira bagaimana rasanya kalau anda berada disitu.  Boleh dikata aparatur pemerintah sudah bekerja untuk memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, kira-kira seperti apa yang kami harus lakukan," bebernya dengan bicara terbata-bata, sedih dan terharu. 

Pasha tidak mempersoalkan jabatan itu,  tapi bagaimana memberikan masyarakat itu bantuan agar bisa bangkit dari kondisi yang terjadi saat ini di Kota Palu, kendati aktifitas mulai berjalan namun belum normal sepenuhnya.    

"Saya kira itu bukan persoalan. Tapi hari ini bagimana kita memberikan pemenuhan jaminan hidup masyarakat kita terkait tuntutan kebutuhan makanan mereka, karena tanggap darurat ini diperpanjang sampai tanggal 26 Oktober," tambahnya. 

Rapat dengar pendapat yang akan membahas pemulihan kota serta anggaran bantuan kepada korban pascagempa diskors tanpa batas waktu sampai Wali Kota Palu, Hidayat hadir untuk memberi penjelasan penanganan bencana. 

Awalnya rapat dipimpin Ketua DPRD Palu,  Ishak Cae berlangsung alot sebab anggota dewan mengajukan interupsi  meminta wali kota hadir dalam rapat sesuai dengan kesepakatan awal hingga akhirnya anggota lain ikutan interupsi dan walk out meninggalkan ruang rapat. 

Di saat bersamaan sejumlah warga masuk di ruang rapat sambil membawa spanduk mosi tidak percaya dengan pemerintahan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palu terkait dengan penanganan pascagempa yang dinilai lamban. Mereka meminta beberapa angota DPRD setempat bertanda tangan. Hingga saat ini rapat masih diskors.