Menag sayangkan maraknya fenomena tebar kebencian

id menag

Menag sayangkan maraknya fenomena tebar kebencian

Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifudin (Foto Antara/dok)

Patut disayangkan adanya fenomena tebar kebencian kini justru mulai mendera dan merasuk ke dalam tubuh sebagian saudara kita dengan berbagai kemasan

Bogor,  (Antaranews Sulteng)  - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menyayangkan maraknya fenomena tebar kebencian yang merasuk ke sebagian warga di Indonesia. 

"Patut disayangkan adanya fenomena tebar kebencian kini justru mulai mendera dan merasuk ke dalam tubuh sebagian saudara kita dengan berbagai kemasan," katanya dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Bogor, Rabu malam. 

Ia menyebutkan tebar kebencian itu ada kalanya berbungkus agama,  politik, ras, suku dan lain sebagainya.  

"Tidak jarang kebencian berlabelkan agama ditebar melalui mimbar keagamaan,  melalui suara keras para pengkhotbah yang penuh kecaman murka dan ungkapan marah," jelasnya. 

Menurutnya mimbar keagamaan telah beralih dari semula sebagai tempat menyebarkan pesan kedamaian menjadi media tebar kebencian terutama kepada mereka yang berbeda paham keagamaan atau keyakinan

Pada awal sambutannya Menag mengatakan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada hakikatnya merupakan ikhtiar ekspressi rasa syukur, gembira dan cinta karena jasa bwsar Sang Nabi untuk manusia dan kemanusiaan.

Rasa cinta akan memberikan energi positif untuk mengikuti jejak langkah orang yang dicintai. Cinta itu pula yang akan meleburkan pencinta dan yang dicinta dalam kebersamaan. 

Ia menyebutkan banyak ahli mengkaji salah satu kunci kesuskesan dakwah Nabi Muhammad adalah kepemimpinannya yang berlandasakan cinta kepada sesama,  penuh kasih sayang dan lemah lembut dalam bingkai semangat persudaraan. 

Sifat lembut, lanjut dia bukan pertanda lemah, justru di situ tersimpan kekuatan. Sifat lemah lembut melahirkan simpati sehingga orang akan mendekat dan merapat kepadanya. 

Sifat lembah lembut dan kasih sayang Nabi menjadi magnet bagi banyak orang. Kepemimpinan Rasullah SAW memberikan keteladanan bahwa pemimpin penuh kasih dan kelembutan akan melebur bersama rakyatnya dan menjadi besar dan kuat. 

Menag kemudian mengajak hadirin merenungkan seorang  muslimah yang dikisahkan Rasullah SAW akan masuk neraka karena mengurung seekor kucing dan tidak memberinya makan sampai mati dalam kandang. 

Sebaliknya seorang wanita nakal dikisahkan masuk surga setelah diampuni Allah berkat rasa iba karena rasa sayang dalam dirinya sehingga dia mau memberi minum seekor anjing yang kehausan. 

"Rasa kebinatangan saja bisa mengantarkan seseorang masuk ke surga apalagi rasa kemanusiaan sebagaimana diteladankan oleh Rasullah SAW," katanya.