Warga Nasrani di Palu pilih beribadah rayakan pergantian tahun

id ibadah,nasrani

Warga Nasrani di Palu pilih beribadah rayakan pergantian tahun

Pendeta Jefit Sumampouw saat memberi pemahaman rohani kepada umat Nasrani saat pergantian tahun baru 2019, Selasa (1/1) dini hari. (Antaranews Sulteng/Sulapto Sali)

Palu (Antaranews Sulteng) – Sebagian warga beragama Nasrani di Kota Palu memilih untuk beribadah untuk merayakan malam pergantian tahun baru 2019. 

“Pergantian tahun kali ini saya lebih memilih beribadah saja ketimbang harus merayakan dengan pesta pora dan keramaian seperti tahun-tahun sebelumnya,” kata Iksan Supriyanto (45) warga Kecamtana Palu Selatan, Kota Palu, Selasa.

Ibadah dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas peristiwa bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang menimpa sejumlah daerah wilayah Sulawesi Tengah seperti Palu, Sigi dan Donggala, 28 September 2018 lalu.

“Pestiwa  bencana yang terjadi, seharusnya menyadarkan semua manusia, untuk mendekat diri sama yang kuasa,” katanya. 

Selain itu kata dia, dengan beribadah dan bisa melewati pergantian tahun baru, merupakan kasih karunia yang harus disyukuri, atas diberikan kesempatan hidup bisa lolos dari bencana beberapa waktu lalu.

“Kita bisa hidup saja bersyukurnya luar biasa,” ujarnya. 

Iksan dan keluarga, memilih beribadah dari pada menggelar acara yang berlebihan. Alangkah lebih baik kata dia, bila ada kelebihan rezeki, bisa dibagikan kepada saudara-saudara yang menjadi korban bencana.

Pendeta Jefit Sumampouw, salah satu pimpinan gereja di Palu mengatakan dirinya telah menginggatkan umat nasrani yang dipimpinnya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan beribadah dalam pergantian tahun baru 2019 ini.

“Sebagai umat nasrani selalu diingatkan untuk hidup sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, harus bisa menjadi terang dan menjadi berkat bagi sesama, keluarga dan orang sekitar,” kata Jefit.

Saat ini kata dia, pasca bencana alam gempa bumi, likuifaksi dan tsunami yang telah menelan ribuan korban jiwa, harus menjadi momentum yang tepat, untuk bisa saling memperhatikan, tanpa harus melihat latar belakang dan perbedaan satu dengan yang lain.

“Menjadi terang artinya harus ada kepedulian terhadap orang lain dan sesama tanpa harus melihat status dan perbedaan. Saya menekankan hal tersebut karena itu kesukan Tuhan, bisa menjadi terang dan menjadi berkat bagi sesama,” jelas Jefit.