Pemerintah pulihkan kehidupan perempuan-anak korban bencana

id dp3a

Pemerintah pulihkan kehidupan perempuan-anak korban bencana

Kegiatan penguatan trauma healing berbasis komunitas, diselenggarakan oleh DP3A Sulteng. (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji)

Ada pelatihan-pelatihan keterampilan mengenai usaha ekonomi dengan melibatkan kelompok perempuan korban bencana di lokasi pengungsian
Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah berupaya untuk memulihkan kehidupan perempuan dan anak korban bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di lokasi shelter pengungsian dengan mengasah keterampilan mengembangkan usaha ekonomi.

"Ada pelatihan-pelatihan keterampilan mengenai usaha ekonomi dengan melibatkan kelompok perempuan korban bencana di lokasi pengungsian," ucap Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sulteng, Ihsan Basir, Kamis.

Setelah kejadian bencana kelompok perempuan dan anak sangat rentan mendapat perlakuan kekerasan fisik maupun psikis, ujarnya.

"Perempuan sangat rentan menjadi korban dalam situasi bencana. Pada dasarnya perempuan memilki empat kodrat yakni menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui. Jika kaum perempuan berada dalam kondisi tersebut dan mengalami bencana alam maka  perempuan menjadi sangat rentan," ujarnya.

Di sisi lain, kehilangan lapangan kerja, tempat tinggal, harta dan benda serta keluarga, turut menjadi faktor yang sangat menentukan perempuan dan anak menjadi korban kekerasan.

Karena itu, perlu ada upaya untuk melindungi dan memenuhi hak-hak perempuan dan anak, yang selain mengasah keterampilan untuk pengembangan usaha ekonomi. Disamping,  pelibatan kelompok/organisasi untuk memaksimalkan pemberdayaan perempuan di lokasi pengungsian di daerah terdampak bencana melaluiaktivitas-aktivitas di Tenda Ramah Perempuan (TRP).

"Di TRP, perempuan bisa berdiskusi tentang banyak hal, misalnya tentang kesehatan, ekonomi, ketangguhan dan pengurangan resiko bencana, dukungan psikososial, pembentukan kelompok ekonomi perempuan, dan lainnya," tambahnya.

Dikatakannya ada juga diskusi tentang pelibatan laki-laki dalam pencegahan kekerasan berbasis gender. juga keterlibatan aktivis-aktivis NGO pegiat perlindungan perempuan dan anak yang sangat membantu menuju tahap pemulihan.
 
Sejumlah pengungsi korban gempa bumi dan tsunami berada di tenda mereka pada Kamp Pengungsian di Halaman Masjid Agung, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (28/1/2019). Empat bulan pasca bencana gempa, tsunami dan likuifaksi yang terjadi pada 28 September 2018, hingga kini sebagian besar pengungsi di daerah tersebut masih menempati hunian berupa tenda dan berharap untuk dapat segera menempati hunian sementara (Huntara) serta masih membutuhkan dukungan logistik berupa bahan makanan serta layanan kesehatan dari pemerintah maupun relawan. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah. (ANTARA FOTO/MOHAMAD HAMZAH)