Warga Sigi desak pemerintah bangun kembali jembatan hanyut

id warga, desak,jembatan

Warga Sigi desak pemerintah bangun kembali jembatan hanyut

Salah satu bangkai jembatan gantung yang menghubungkan salah satu dusun di Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa, Kabuptaen Sigi yang putuas akibat diterjang banjir bandang beberapa waktu lalu. (Antara/Anas Masa)

Tapi sekarang tidak ada jalan lain, semua barang atau bahan apapu harus dipikul sendiri melewati jembatan yang hanya terbuat dari bambu
Sigi (ANTARA) - Sejumlah warga di Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mendesak pemerintah setempat segera membangun kembali jembatan permanen di Sungai Desa Tuva yang hanyut akibat diterjang banjir bandang beberapa waktu lalu.

"Kini kami hanya menggunakan sebuah jembatan sederhana yang hanya untuk dilewati orang saja," kata Dewi, seorang warga yang sudah bertahun-tahun tinggal di sebuah dusun di seberang sungai itu, Senin.

Jembatan tersebut sebelumnya merupakan jembatan gantung yang selama ini menjadi akses utama penghubung ke salah satu dusun di Desa Tuva.

Akibat putusnya jembatan itu, petani kini kesulitan memasarkan berbagai hasil kebun mereka karena jembatan belum dibangun kembali.

Menurut Dewi, dusun mereka juga termasuk salah satu permukiman penduduk yang terdampak gempabumi 7,4 SR yang mengguncang beberapa wilayah di Provinsi Sulteng pada 28 September 2018.

Di dusun mereka hampir semua rumah penduduk hancur diterjang gempabumi terdesyat di Sulteng itu.

Baca juga : Perbaikan jembatan Kura-kura di Sigi hampir rampung
Baca juga : Enam desa di Sigi dilanda banjir

Menurut Dewi, karena belum dibangunnya jembatan itu, warga akhirnya menjual hasil-hasil kebun mereka dengan memikul sendiri sampai ke Desa Tuva. 

"Dan di sana barulah dibeli oleh pedagang pengumpul yang datang dari Kota Palu," kata perempuan lulusan Universitas Tadulako (Untad) Palu itu.

Demikian halnya terhadap distribusi bantuan bahan-bahan bangunan untuk para korban gempa di dusun mereka terpaksa dipikul sendiri atau menyewa buruh dengan biaya cukup tinggi untuk menyeberangkan barang.

Sebelumnya, ketika jembatan gantung masih ada, warga tidak kesulitan karena bisa menggunakan kendaraan roda dua. 

"Tapi sekarang tidak ada jalan lain, semua barang atau bahan apapu harus dipikul sendiri melewati jembatan yang hanya terbuat dari bambu," katanya.

Hal senada juga disampaikan Luter, juga warga Desa Tuva. Menurutnya warga di dusun seberang sungai sejak jembatan gantung hanyut diterjang banjir bandang beberapa waktu lalu, mereka kini terpaksa harus memikul sendiri hasil panen berupa jagung, ubi, kelapa, kopra.

Itu pun baru bisa dilakukan jika debit air kecil. 

Tetapi jika debit air sungai besar, mereka harus menyeberang di atas jembatan yang hanya terbuat dari beberapa batang bambu.

"Kalau tidak hati-hati bisa terpeleset ke dalam sungai," ujarnya.

Ia juga berharap pemerintah segera membangun kembali jembatan yang hanyut disapu banjir bandang tersebut agar warga tidak lagi kesulitan akses.***