Bulog Sulteng sambut baik pemulihan irigasi Gumbasa di Sigi

id beras,bulog

Bulog Sulteng sambut baik pemulihan irigasi Gumbasa di Sigi

Kepala Perum Bulog Divre Provinsi Sulteng, Mifahul Ulum. (ANTARA/Anas Masa)

Palu (ANTARA) - Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menyambut baik atas pemulihan fungsi saluran irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi, setelah mendapatkan perbaikan dari pemerintah pusat karena rusak akibat dampak gempa dan likuefaksi pada 28 September 2018.

Kepala Perum Bulog Divre Provinsi Sulteng Mifahul Ulum di Palu, Kamis mengatakan selama ini irigasi Gumbasa rusak dan dalam proses perbaikan akibat dampak bencana alam itu, pihaknya belum bisa menyerap produksi petani di daerah itu selama 2019 karena hasil panen menurun.

Padahal, kata dia, selama ini Kabupaten Sigi merupakan salah satu daerah penghasil beras terbesar di Provinsi Sulteng, sebelum terjadi dampak bencana alam tersebut.

"Kabupaten Sigi dikenal sebagai salah satu daerah penghasil beras di Sulteng, bahkan memberikan kontribusi dalam pengadaan beras stok nasional," ujarnya.

Dia berharap dengan berfungsinya kembali irigasi Gumbasa yang mensuplai air untuk kebutuhan lahan pertanian di beberapa kecamatan di Kabupaten Sigi tersebut, meskipun pada tahap pertama ini baru mengairi sawah sekitar 1.000 hektare di Kecamatan Gumbasa, paling tidak petani setempat sudah bisa menanam padi dan komoditas pertanian lainnya.

Data Pemerintah Kabupaten Sigi menyebutkan beberapa wilayah yang selama ini mendapatkan pasokan air untuk lahan pertanian dari irigasi Gumbasa antara lain Kecamatan Gumbasa, Tanambulva, Dolo dan Sigibiromaru.

Mifahul Ulum menyebutkan realisasi pengadaan beras pada musim panen tahun 2019 sekitar 20.000 ton atau tidak mencapai target yang diharapkan sebesar 32.000 ton.

"Faktor utama adalah selain karena bencana alam, juga harga beras di tingkat petani di atas harga pembelian Bulog," ujarnya.

Kepala Bidang Pengadaan dan OPP Perum Bulog Sulteng Amir Subbe secara terpisah, mengatakan sesuai informasi dari instansi tehnis di daerah itu bahwa produksi petani secara keseluruhan mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Menurut dia, menurunnya produksi padi itu selain bencana alam, juga pada pertengahan 2019 wilayah Sulteng dilanda musim kemarau panjang yang mengakibatkan petani kesulitan memenuhi kebutuhan air, sehingga berdampak pada hasil panen yang menurun.

Perum Bulog Divre Sulteng pada musim panen tahun 2020 menetapkan target penyerapan beras petani sebanyak 25.000 ton atau menurut dibandingkan target 2019.

Pantauan di sejumlah pasar tradisional di Kota Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng, kondisi stok beras di tingkat pedagang cukup memadai, meskipun belum berlangsung panen raya padi di seluruh kabupaten/kota di provinsi itu.

Menurut para pedagang, stok beras yang ada di pasaran itu selain dari produksi petani lokal, juga didatangkan pedagang dari tetangga Sulteng atau daerah penghasil beras terbesar di Pulau Sulawesi yakni Sulsel dan Sulbar.

Selain stok yang memadai, harga beras tersebut kini masih stabil. Beras medium dijual berkisar Rp9.000/kg atau di bawah harga eceran tertinggi (HET) pemerintah ditetapkan sebesar Rp9.450/kg. Beras kualitas terbaik atau beras premium dijual pada kisaran Rp12.500/kg atau di bawah HET beras premium yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp12.800/kg.