Upaya tingkatkan kunjungan wisatawan di Sigi

id wisata,sigi

Upaya tingkatkan  kunjungan wisatawan di Sigi

Danau Lindu, salah satu destinasi unggulan di Kabupaten Sigi. (Antara/Anas Masa)

Sigi,Sulteng (ANTARA) - Kabupaten Sigi, salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Tengah yang terbilang memiliki banyak obyek wisata unik dan menarik sehingga banyak dikunjungi wisatawan, termasuk dari berbagai negara di dunia. Wisatawan manca negara sangatlah tertarik dengan beberapa destinasi yang ada di daerah itu seperti Danau Lindu, lokasi paralayang Mantantimali, air terjun Wera, kuburan raja Karajelambah di Desa Watunonju dan juga kerajinan kain tenun dari kulit kayu diKulawi.

Berikutnya, obyek wisata Bendungan Irigasi Gumbasa, penangkaran burung meleo di Desa Saluki, Kecamatan Gumbasa dan air panas di Desa Kadidia, Kecamatan Nokilalaki.

Sebelum bencana alam gempa bumi berkekuatan 7,4 SR mengguncang wilayah Sigi dan Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong pada 28 September 2018, kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sigi cukup menggembirakan.

Namun selama pasca bencana alam tersebut, wisatawan yang datang ke daerah itu mengalami penurunan karena memang ada banyak destinasi wisata yang terdampak bencana alam.

Selain prasana jalan mengalami kerusakan, juga sarana dan fasilitas ikut terdampak. Misalkan prasana jalan menuju beberapa obyek wisata seperti jalan menuju destinasi wisata Danau Lindu rusak, termasuk jaringan listriknya.

Begitu halnya dengan obyek wisata Bendungan Irigasi Gumbasa hancur total diterjang gempabumi. HIngga kini jaringan irigasi tersebut masih sebagian besar belum diperbaiki.

Padahal, sebelum rusak, irigasi yang selama ini mengairi sekitar 7.000an hektare lahan pertanian dan sekaligus juga merupakan destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan lokal setiap akhir pekan.

Di tengah-tengah upaya pemerintah Kabupaten Sigi untuk kembali mencoba memulihkan semua sektor, termasuk pariwisata yang selama ini merupakan salah satu sektor unggulan di daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Palu, Kabupaten Poso dan Donggala itu, pemerintah dan masyarakat Sigi harus menghadapi ujian paling berat yakni melawan penyebaran COVID-19 yang tidak hanya melanda daerah tersebut, tetapi semua daerah di Sulteng dan daerah lainnya di Tanah Air.

Selama masa pandemi COVID-19 kurun waktu tiga bulan terakhir, pemerintah dan masyarakat harus berjuang keras untuk menghadapi serangan virus corona, virus yang sangat cepat menular dan mematikan manusia dan binatang itu.

Konsentrasi penuh selama masa pandemi hanya terpusat kepada bagaimana memutuskan penyebaran virus corona dengan berbagai upaya dan usaha konkret dilakukan pemerintah dan masyarakat.

Berbagai solusi memutuskan mata rantai penyebaran virus corona dilakukan pemerintah dengan melakukan PSBB, membangun posko-posko penanganan COVID-19 di tingkat provinsi, kabupaten/kota ,kecamatan dan desa.

Langkah lainnya menutup sementara waktu pengoperasian moda transportasi baik darat, udara dan laut. Berikutnya menutup obyek-obyek wisata yang ada di semua daerah di wilayah Nusantara, termasuk di Kabupaten Sigi dan daerah lainnya di Provinsi Sulteng.

Selama masa pandemi, sektor pariwisata mengalami keterpurukan karena baik destinasi wisata,semuanya ditutup. Praktis tidak ada pendapatan daerah maupun perolehan devisa negara dari sektor pariwisata.

Para pengusaha di sektor pariwisatapun terpaksa hanya bisa gigit jari, sebab tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti dan menjalankan semua kebijakan pemerintah terkait dengan protokol kesehatan gugus COVID-19.


Wisatawan mancanegara
Begitu halnya, masyarakat di sekitar destinasi wisata yang sebelum bencana alam maupun virus corona masih bisa mengembangkan berbagai usaha rumah tangga ikut terdampak.

Seperti yang disampaikan Ape, seorang warga yang ada di sekitar obyek wisata Danau Lindu selama masa pandemi tidak bisa mengembangkan usahanya .

Sebelum masa pandemi COVID-19, Ape mengaku istrinya menjual berbagai makanan/minuman di lokasi obyek wisata Danau Lindu dan penghasilannya cukup lumayan untuk memenuhi kebutuhans sehari-hari dan biaya sekolah kedua anaknya.

Wisatawan yang berkunjung di obyek wisata tersebut setiap akhir pekan cukup banyak, terutama wisatawan lokal dari berbagai desa di Kabupaten Sigi maupun Kota Palu.

Kebanyakan wisatawan lokal yang datang selain hanya untuk mengambil gambar foto dengan latar belakang danau yang indah, juga mereka yang hoby memancing ikan.
Sementara wisatawan manca negara, rata-rata seorang mahasiswa yang datang untuk penelitian hutan dan alam sekitarnya, juga mengamati berbagai satwa, terutama burung.

Danau Lindu, kata Ape yang juga tokoh pemuda Desa Tomado, Ibu Kota Kecamatan Lindu, memang memiliki keunikan. Salah satu keunikannya dalah Danau Lindu terletak di kaki Gunung Nokilalaki dan dikelilingi lima desa dan berbatasan langsung dengan kawasan hutan lindung.

Untuk mencapai obyek wisata tersebut harus melintasi kawasan hutan konservasi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Dari Kota Palu wisatawan bisa menggunakan sepeda motor atau mobil melewati jalan provinsi Palu-Kulawi.

Sampai di Desa Sadaunta, harus naik ojek karena medan jalannya masih sangat sulit untuk dilewati, apalagi pada saat hujan lebat sering terjadi tanah longsor, meski badan jalannya sudah bisa dilewati mobil.

Namun untuk lebih aman, sebaiknya menggunakan sepeda motor karena medan jalan terbilang ekstrem di sisi kiri dan kanan tebing dan jurang yang sangat dalam.

Namun ketika sudah tiba di lokasi obyek wisata, maka semua rasa stres dan capek karena perjalanan yang begitu menegangkan langsung hilang setelah melihat indahnya Danau Lindu. Lindu sendiri dalam bahasa daerah setempat adalah belut. Belut salah satu jenis ikan air tawar yang banyak hidup dan berkembangbiak di danau tersebut.

Karena banyak ikan yang ada di danau, maka kebanyakan masyarakat yang ada di sekitar danau berprofesi sebagai nelayan. Seluruh hasil tangkapan mereka jual kepada pedagang dari Kota Palu yang datang langsung membeli di danau.
Pada pagi dan sore hari, wisatawan dimanjakan oleh suara merdu berbagai jenis burung yang selama bertahun-tahun hidup dan berkembangbiak di hutan dan alam sekitarnya dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang.

Wisata baru
Pemerintah Kabupaten Sigi mendorong adanya potensi obyek wisata baru untuk dapat dikembangkan menjadi destinasi guna meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan juga devisa negara melalui sektor pariwisata.

"Saya sangat mendukung penuh pengembangan potensi obyek wisata di masing-masing wilayah di Sigi," kata Bupati Irwan Lapata.

Bupati Irwan mengatakan jika memang di desa ada potensi obyek wisata agar dikembangkan untuk menjadi suatu sumber penghasilan bagi masyarakat dan desa sendiri. Pemerintah daerah tentu akan mendukungnya, apalagi sektor periwisata menjadi sektor unggulan selain pertanian, perkebunan, perikanan danau dan usaha kecil mikro (UKM).

Kabupaten Sigi, satu-satunya kabupaten di Sulteng yang tidak memiliki laut dan tambang seperti daerah lain di Sulteng yang menjadi sektor primadona.
"Yang ada pada daerah kita adalah pertania, perkebunan,UMK dan perikanan danau, serta sektor pariwisata," ujarnya.

Karena itu, Pemkab Sigi jangan respon dan memberikan apresiasi bagi pengembangan obyek-obyek wisata baru di daerah itu.

Menurut dia, semakin banyak obyek wisata, tentu akan semakin banyak pula memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan masyarakat dan daerah serta devisa.

Bupati mengaku ada beberapa obyek wisata baru yang mulai dikembangkan masyarakat di desa seperti obyek wisata alam baru Bendungan Misterius di Desa Balane, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi. Berikutnya adalah obyek wisata alam Bulu Tanda di Desa Sibedi, Kabupaten Sigi.

Obyek wisata itu baru dikembangkan masyarakat setempat, khususnya kalangan pemuda pada Mei 2020 dan setiap hari libur Sabtu dan Minggi mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal dan dari Kota Palu.

Jika obyek wisata dikelola dengan baik,niscaya akan semakin banyak dikunjungi, termasuk wisatawan mancanegara. Informasi yang dihimpun, pengembangan obyek wisata tersebut menggunakan dana desa.

Pemkab Sigi, kata Bupati Irwan dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dan perolehan devisa negara dari sektor pariwisata di masa normal baru dan ke depan akan berupaya untuk membenahi dan memperbaiki semua infrastruktur menuju lokasi-lokasi obyek wisata.

Karena sektor pariwisata merupakan sektor primadona dan unggulan pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Sigi. Ada banyak sekali obyek wisata yang menarik, tetapi belum dikembangkan dengan baik.

"Kita berharap saja setelah kondisi sudah membaik, tidak ada lagi virus corona, sektor periwisata dan lainnya segera pulih kembali," ujar bupati.

Untuk menggairahkan kembali sektor usaha pariwisata di Sigi, tidak hanya dilakukan pemerintah, tetapi perlu dukungan dari semua pihak, termasuk pelaku usaha dan masyarakat sekitar destinasi wisata. 
(T.BK03/)
 
obyek wisata baru Bulu Tanda di Kecamatan Marawola di masa new normal mulai ramai dikunjungi wisatawan