Suluttenggo Dilanda Krisis Listrik

id listrik

Suluttenggo Dilanda Krisis Listrik

Salah satu gardu induk PLN Palu di Desa Tipo sedang dalam tahap pembangunan. (Adha Nadjemuddin)

Palu,  (antarasulteng.com) - Tiga provinsi di Pulau Sulawesi yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah (Suluttenggo) hingga kini masih dilanda krisis listrik berkepanjangan akibat gangguan pada sejumlah pembakit.

Bahkan krisis listrik di dua provinsi tetangga Sulteng itu terbilang sangat parah.

"Areal pemadaman listrik di dua daerah itu (Sulut dan Gorontalo) selama beberapa pekan ini terakhir cukup luas," kata General Manager PT PLN Suluttenggo, Santoso Januwarsono, Kamis.

Di Sulut, termasuk Kota Manado sebagai pusat pemerintahan di provinsi `nyiur melambai` sampai sekarang ini masih diberlakukan pemadaman bergilir karena sejumlah pembangkit listrik masih diperbaiki. Perbaikannya membutuhkan waktu yang cukup lama.

Seperti yang terjadi pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU ) Amurang. Mesin PLTU unit dua dengan kapasitas 25 MW mengalami kerusakan pada peralatan penangkap debu sehingga perlu prioritas perbaikan.

Kalau dihitung-hitung perbaikan terhadap alat yang rusak itu diperkirakan baru selesai pada 20 Mei 2014. Ditambah lagi suplai uap dari Pertamina Geotermal untuk PLTP Lahendong tidak maksimal.

Akibatnya daya yang dihasilkan pembangkit tersebut menurun sebesar 15 MW.

"Inilah yang menyebabkan PLN dengan sangat terpaksa meski berat hati memberlakukan pemadaman bergilir karena mengalami defisit daya cukup besar," ujarnya.

Provinsi Sulut dan Gorontalo, katanya, mengalami defisit daya sebesar 65 MW. "Bagaimana mungkin PLN tidak melakukan pemadaman bergilir kalau kekurangan daya sebesar itu," kata Januwarsono.

Pemadaman listrik di Gorontalo terjadi menyusul dua mesin PLTU milik swasta berkapasitas 2x12,5 MW di provinsi itu mengalami kerusakan.

Namun setelah diperbaiki, pembangkit tersebut kini sudah beroperasi meski belum maksimal mensuplai daya ke PLN setempat.

Suplai daya dari PLTU dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pembangkit. "Tapi sekarang ini saya mendapat informasi bahwa pemadaman bergilir sudah dapat diatasi," katanya.

Di Gorontalo sudah tidak ada lagi pemadaman bergilir, kecuali Manado, Minahasa, Kotamobagu dan Bitung hingga kini masih dilanda pemadaman bergilir.

Menurut dia, jika semua pembangkit yang mengalami gangguan sudah kembali beroperasi, maka secara bertahap pemadaman dapat ditekan.

"Kita targetkan pemadaman bergilir di Manado, Bitung, Minahasa dan Kotamobagu secara bertahap sudah berkurang pada 15 Mei 2014. "Kami upayakan awal Juni 2014 sudah tidak ada lagi pemadaman bergilir," katanya.

Dalam kondisi normal daya mampu pembangkit listrik di Manado, Kotamobagu dan Gorontalo sebesar 328 MW dengan beban puncak tertinggi pernah mencapai adalah 309 MW.

Berarti sistem kelistrikan Manado sebenarnya masih mempunyai cadangan daya sebesar 19 MW.

Januwarsono juga mengatakan jauh sebelum pemadaman bergilir listrik, PLN telah mensosialisasikan kepada masyarakat melalui berbagai media cetak, elektronik dan pengumuman di tiap gereja dan masjid.

"Ini kita lakukan agar masyarakat bisa memahami betul apa yang terjadi dengan pembangkit listrik kita," kata dia.

Ia juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas kebijakan pemberlakukan pemadaman bergilir karena kondisi yang tidak bisa dihindari itu.

Masyarakat pasti kecewa dan marah kepada PLN. Tapi masyarakat juga harus bisa memahami dan mengerti kondisi seperti ini tidak bisa dihindari. Kalau hanya gangguan jaringan dalam waktu tidak lama bisa diatasi.

Tetapi jika sudah menyangkut mesin pembangkit yang rusak, tentu membutuhkan waktu cukup lama untuk memperbaikinya.

Kota Palu

Januwarsono juga mengatakan, kondisi serupa juga terjadi di Palu, Ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Palu dan beberapa desa di kabupaten Sigi dan Donggala dalam beberapa pekan terakhir juga mengalami krisis pasokan daya listrik.

Ia mengatakan di Palu terjadi pemadaman bergilir yang dikarenakan adanya kerusakan pada pembangkit listrik tenaga disel (PLTD) Silae, milik PT PLN setempat.

Selain itu, salah satu mesin PLTU berkapasitas 2x30MW di Palu juga mengalami gangguan sehingga suplai daya listrik ke PLN berkurang.

Akibatnya, PLN setempat dengan sangat berat hati melakukan pemadaman bergilir pada siang dan malam hari karena defisit daya.

Namun demikian, berdasarkan informasi dari Manager PT PLN Cabang Palu, sudah tidak ada pemadaman bergilir. Sekarang ini tidak ada lagi pemadaman bergilir di Palu.

"Itu sesuai dengan informasi yang saya terima," ujarnya.

Sistem kelistrikan Palu selama ini mendapat suplai daya listrik dari PLTU Mpanau sebesar 24 MW. "Itu dalam kondisi normal," kata dia.

Dia juga mengatakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sulewana Poso-3 hingga kini baru mensuplai daya listrik untuk kebutuhan masyarakat Sulawesi Tengah sekitar 18 megawatt (MW).

Suplai daya listrik sebesar itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kota Tentena, Poso dan sebagian Parigi Moutong.

PLTA Sulewana Poso-3 siap mengalokasikan sekitar 80 daya listrik yang dihasilkan PLTA satu-satunya di Provinsi Sulteng itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah ini.

Namun karena transmisi PLTA hingga kini belum juga rampung dikerjakan, maka untuk sementara pembangkit tersebut baru bisa mensuplai daya 18 MW.

"Tapi kalau pembangunan jaringan transmisi PLTA sudah selesai dikerjakan,dipastikan sisa dari daya yang dialokasikan dari PLTA Sulewana sudah bisa dialirkan sepenuhnya sesuai kebutuhan," katanya.

Menurut dia, jika tidak ada aral melintang Agustus 2014, pembangunan transmisi PLTA Sulewana Poso sudah rampung dan langsung mensuplai daya, termasuk ke Kota Palu dan kabupaten lainnya.

Mudah-mudahan saja pembangunan transmisi PLTA bisa selesai pada Agustus mendatang sehingga sistem Palu bisa terbebas dari krisis listrik.

Sementara Kepala PLTD Silae Palu, Dolfi Rau membenarkan adanya perbaikan mesin pembangkit karena mengalami gangguan.

Begitu pula dengan PLTU Mpanau Palu mengalami gangguan sehingga PLN memberlakukan pemadaman bergilir.(skd)