DKP Sulteng Batasi Sementara Izin Nelayan "Andon"

id dkp

DKP Sulteng Batasi Sementara Izin Nelayan "Andon"

Ilustrasi (Antarasulteng.com/Hanif)

Kami akan meminta semua Kepala Dinas KP kabupaten untuk mengurangi sementara penerbitan izin nelayan andon, agar semua nelayan bisa membongkar hasil tangkapannya di pelabuhan-pelabuhan perikanan di daerah ini, utamanya PPI Dongala
Palu,  (antarasulteng.com) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulawesi Tengah akan mengendalikan penertiban izin untuk aktivitas nelayan "andon" (lintas daerah) demi menjaga stabilitas suplai ikan ke Kota Palu, guna menekan inflasi yang cukup tinggi pada Mei 2015.

"Kami akan meminta semua Kepala Dinas KP kabupaten untuk mengurangi sementara penerbitan izin nelayan andon, agar semua nelayan bisa membongkar hasil tangkapannya di pelabuhan-pelabuhan perikanan di daerah ini, utamanya PPI Dongala," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelabuhan Perikanan DKP Sulteng Agus Sudaryanto di Kota Palu, Senin.

Agus Sudaryanto mengemukakan hal itu ketika diminta tanggapannya terhadap kenaikan harga ikan segar sampai 40 persen, sehingga mengakibatkan inflasi di Kota Palu pada Mei 2015 mencapai 2,24 persen, merupakan inflasi tertinggi dari 82 kota di Indonesia.

Menurut Agus, hasil tangkapan nelayan yang masuk ke pelabuhan perikanan Donggala selama sebulan terakhir memang terjadi penurunan yang signifikan sehingga suplai ikan ke pasar Kota Palu merosot.

Akibatnya, menurut pemantauan Antara, harga jual ikan segar di pasar Masomba naik sampai hampir dua kali lipat. Ikan jenis katamba dan deho yang biasanya dijual Rp10.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp15.000 sampai Rp18.000/kg.

Agus mengatakan bahwa penurunan produksi ikan itu bukan karena faktor cuaca, sebab cuaca di Selat Makassar cukup bersahabat, tetapi kemungkinan karena migrasi ikan sehingga hasil tangkapan ikan pelagis menurun.

"Di lain pihak, nelayan pemancing tuna mengalami panen besar. Kalau sebelumnya setiap kapal pemancing tuna bertonase 3 GT menghasilkan 10-an ekor tuna, kini bisa menangkap 30-an ekor. Ukurannya juga besar-besar, rata-rata di atas 40 kgt/ekor," ujarnya.

Agus mengaku belum mengetahui pasti apakah terjadi migrasi besar-besar aktivitas nelayan dari menangkap ikan pelagis ke memancing ikan, sehingga terjadi penurunan produksi ikan pelagis, meskipun ada migrasi, namun pengaruhnya tidak akan besar.

Begitu juga dengan nelayan andon, kata Agus, selama ini sejumlah kapal nelayan Sulteng membawa ikan hasil tangkapan mereka ke Bontang, Kalimantan Timur, namun jumlahnya tidak terlalu besar.

"Akan tetapi, untuk menjaga volume pasokan ikan ke Kota Palu guna menekan inflasi, pihaknya akan mengurangi, bahkan kalau bisa menghentikan sementara pengiriman ikan ke luar daerah oleh nelayan andon," ucapnya.

Ia juga khawatir akan terjadi penurunan produksi ikan segar lagi pada Juni 2015 ini sehubungan dengan bulan Ramadhan. Alasannya, setiap kali memasuki Ramadhan, para nelayan biasanya tidak turun melaut satu minggu menjelang 1 Ramadhan dan satu pekan memasuki ibadah puasa. (skd)