Sulteng Siap Implementasikan SLIN Mulai 2016

id SLIN

Sulteng Siap Implementasikan SLIN Mulai 2016

DR Ir Hasanuddin Atjo, MP, Kadis KP Sulawesi Tengah. (Antarasulteng.com/istimewa)

SLIN Donggala-Ogotua dirancang untuk mensuplai kebutuhan hasil perikanan ke Jakarta dan Surabaya.
Palu (antarasulteng.com) - Sulawesi Tengah menyatakan siap untuk mengimplementasikan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) mulai 2016 dengan fokus pertama pada Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Labuan Battu Donggala, Kabupaten Donggala dan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Ogotua, Kabupaten Tolitoli.

"Kita sudah siap, bahkan Sulteng merupakan satu-satunya provinsi yang sudah memiliki `road-map` SLIN komprehensif yang penyusunannya melibatkan seluruh pemangku kepentingan mulai dari birokrasi, akademisi, pengusaha, nelayan sampai tokoh masyarakat dan jurnalis," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo saat dihubungi dari Palu, Minggu.

Hasanuddin mengaku baru saja memaparkan kesiapan daerahnya untuk mengimplementasikan SLIN pada workshop SLIN Kementerian Kelautan dan Perikanan di Bogor, 18-19 Desember 2015, yang diikuti pejabat KKP dan dari seluruh provinsi di Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa ikan menjadi salah satu penyumbang utama inflasi/deflasi di Sulawesi Tengah. Sementara itu meningkatnya produksi tangkapan/budidaya tidak berkorelasi positif dengan peningkatan pendapatan. Di pihak lain, peningkatan konsusmi ikan bergerak lamban karena besarnya fluktuasi harga dan ketersediaan ikan.

Karena itu, katanya, diperlukan penanganan yang terintegrasi melalui implementasi SLIN, karena SLIN diyakini menjadi jalan keluar yang mampu menjaga stabilitas harga dan persediaan ikan untuk memenuhi kebutuhan konsumen di pasar umum maupun industri pengolahan dan ekspor.

Menurut dia, dalam strategi pengembangan SLIN di Sulteng, sejak 2014 sampai 2016, pihaknya memilih PPI Labuan Battu Donggala dan Ogotua sebagai proyek percontohan. Di dua lokasi ini percontohan tersebut, SLIN mulai didesain, sarana dan fasilitasnya dibangun serta nelayannya dipersiapkan antara lain dengan membentuk dan membina kelembagaan serta membantu mereka dengan peralatan penangkapan ikan.

Kedua pelabuhan tersebut, kata Atjo, kini sudah memiliki berbagai sarana dan fasilitas yang memadai berupa dermaga beton yang diberi atap, tempat pelelangan, gudang pendingin, gudang pembekuan ikan, pabrik es balok, perkantoran, rumah nelayan, koperasi, sarana air bersih, listrik dan penyaluran bahan bakar minyak serta kelompok-kelompok nelayan (KUB) yang sudah terbina dengan memadai.

"Pemerintah juga sudah menyalurkan sejumlah kapal penangkap ikan berbobot 30 GT berikut peralatan tangkap yang telah beroperasi maksimal dan memberi kontribusi terhadap hasil penangkapan ikan secara signifikan," ujarnya.

Ia menambahkan, dengan sentuhan sedikit lagi dari pemerintah pusat, yakni menyediakan sarana transportasi darat dan laut yang lebih memadai, maka SLIN akan bisa berjalan baik di Sulawesi Tengah untuk memasok ikan ke pasar-pasar dan industri pengolahan hasil perikanan.

Selanjutnya, pada periode 2017-2021, program SLIN diharapkan akan terimplementasi secara penuh dimana SLIN mengintegrasikan sektor hulu dan hilir secara terkoordinasi, lalu pada periode 2022-2025 SLIN akan semakin fokus pada produk-produk khusus dengan pasar khusus yang akan semakin meningkatkan daya saing dan nilai tambah baik bagi nelayan, pengusaha, daerah dan negara.

Terkait alur transportasi dan distribusi, Hasanuddin Atjo menjelaskan bahwa SLIN Donggala-Ogotua dirancang untuk mensuplai kebutuhan hasil perikanan ke Jakarta dan Surabaya.

Tiga komoditas unggulan dalam penerapan SLIN nanti adalah ikan pelagis kecil, ikan bandeng dan udang vaname. Pada 2014, Sulteng memproduksi sekitar 60.000 ton ikan pelagis kecil, 8.500 ton ikan bandeng dan hampir 5.000 ton udang vaname. (R007/R010)