Palu, (antarasulteng.com) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mengajak Aparatur Sipil Negera (ASN) di daerah itu untuk menanam cabai, paling tidak untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
"Harga cabai sekarang ini cukup mahal dan untuk mengatasinya, kita harus mulai gerakan menanam cabai minimal lima pohon dan kalau lebih, semakin bagus," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng Trie Ariany Lamangkapali di Palu, Senin.
Ia yakin kebanyakan ASN memiliki halaman rumah bahkan lahan perkebunan tersendiri yang cocok untuk menanam cabai walau hanya lima pohon. Bila hal itu dilakukan, maka dalam beberapa bulan mendatang, ASN tidak perlu membeli cabe di pasar untuk memenuhi kebutuhannya, ujarnya.
"Apalagi jika menanam dalam jumlah banyak, kan bisa dijual ke pasar untuk menambah penghasilan keluarga," kata dia.
Menurut Trie, menanam cabai tidak membutuhkan lahan yang luas.
Kalau ada pekaran, tanam cabai di halaman rumah dan jika tidak ada halaman, juga bisa menggunakan pot bunga atau polibek.
Dia mengatakan bahwa untuk mengembangkan tanaman cabai sangat mudah dan bibitnya juga tidak sulit untuk diperoleh.
"Kita bisa bibitkan sendiri," kata Trie.
Gerakan menanam cabai di Sulteng sudah dicanangkan beberapa waktu lalu khususnya di lingkungan ASN di kabupaten dan kota di provinsi ini.
Ketia tim penggerak PKK Provinsi Sulteng telah menanam cabai pada satu lahan yang dijadikan percontohan di Kota Palu dengan jumlah sebanyak 35.000 pohon cabai rawit dan cabai keriting.
Jika ini berhasil, hasil panennya cukup besar dan bisa dijual ke pasar lokal bahkan ke luar daerah.
Program tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengantisipasi harga cabai di pasaran yang sering mengalami kenaikan akibat produksi petani menurun, sementara permintaan masyarakat meningkat.
Kebutuhan masyarakat terhadap komoditi hortikultura itu, kata Trie terus meningkat baik kebutuhan rumah tangga dan juga industri di dalam maupun luar wilayah Sulteng.
Harga cabai di pasaran lokal saat ini cukup tinggi masih diatas Rp100 ribu/kg, bahkan sempat harganya naik hingga Rp150 ribu/kg.
Cabai hasil panen petani di sejumlah daerah di Sulteng seperti di Kabupaten Sigi, Poso dan Lembah Palu sebagian di antarpulaukan para pedagang ke Kaltim dan Pulau Jawa.
"Kegiatan antarpulau ini juga sebagai salah satu faktor yang memicu harga cabai mengalami kenaikan di pasaran lokal," kata Trie.
Dua daerah di Sulteng sebagai sentra produksi komoditi hortikultura adalah Poso dan Sigi. Jika terjadai gagal panen di kedua sentra produksi tersebut, dipastikan suplai sejumlah kebutuhan seperti cabai, tomat, bawang, daun bawang dan sayur-sayuran antara lain kubis, buncis, sawi, kentang dan wortel berkurang dan hal itu memicu harga naik.
Berita Terkait
Bahan pokok di Sigi alami penurunan harga selama Ramadhan
Kamis, 21 Maret 2024 14:56 Wib
Iriana Jokowi buka Gerakan Tanam Cabai Serentak se-Indonesia
Senin, 4 Maret 2024 11:09 Wib
Kementan pastikan pasokan cabai aman jelang Ramadhan 1445 H
Selasa, 27 Februari 2024 15:16 Wib
Pemprov Sulteng membagikan 10 ribu bibit tanaman cabai di Palu
Selasa, 30 Januari 2024 14:44 Wib
Sebanyak 8 ribu bibit disalurkan ke Parimo untuk gerakan tanam cabai
Kamis, 18 Januari 2024 15:31 Wib
Gerakan tanam cabai di Palu
Selasa, 16 Januari 2024 20:05 Wib
Produksi cabai rawit Sulawesi Tengah capai 20.450 ton 2023
Kamis, 11 Januari 2024 12:03 Wib
Presiden Jokowi ajak masyarakat tanam cabai hingga sayuran secara mandiri
Senin, 8 Januari 2024 13:05 Wib