Palu (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Palu, Sulawesi Tengah, menilai pembangunan hunian sementara untuk korban gempa, tsunami dan likuefaksi di kota itu tidak dilengkapi dengan fasilitas bermain anak.
"Harusnya perlu dipertimbangan penyediaan sarana ruang terbuka yang dilengkapi dengan fasilitas bermain agar masyarakat tidak jenuh terutama anak-anak," kata Kepala Dinas DP3A Kota Palu Irmayani Petalolo, di Palu, Rabu.
Huntara sebagai hunian atau tepat tinggal yang sifatnya jangka pendek diperuntukan kepada pengungsi korban bencana wajib disediakan fasilitas pendukung, agar mereka merasa nyaman dan betah menempati hunian tersebut.
Dia ingin para pengungsi, khsusnya kelompok rentan tindak kekerasan baik perempuan, anak, lansia maupun penyandang disabilitas bisa melanjutkan kehidupan lebih baik.
"Ruang bermain anak sangat bermanfaat bagi anak-anak yang menjadi korban bencana, salah satu manfaatnya yakni lebih menyegarkan merkea karena disibukan dengan aktivitas bermain, secara psikologi dapat megobati rasa trauma mendalam secara alami," tuturnya.
Selain tidak ada ruang bermain anak, dia menilai, banguna huntara yang disediakan pemerintah untuk korban bencana tidak responsif gender, artinya hunia dibangun tanpa ruang pembatas sehingga tidak ada satu ruang privasi untu melakukan kegian lebih pribadi.
"Hal-hal seperti ini tidak terpikirkan, padahal sangat pengting, orang kemudian tidak merasa nyaman karena tidak ada ruang privat melaukan aktivitasnya. situasi ini juga sangat berpotensi terjadi tindak pelecehan seksual baik perempuan maupun kelompok rentan lainnya," tambahnya.
Dia berharap, hunian tetap yang dibangun nanti untuk para pengungsi korban gempa, tsunami dan likuefaksi dapat meperhatikan aspek-aspek pendukung lainnya, seperti ruang terbuka hijau, taman bermain anak, fasilitas olahraga dan sebagainya yang dapat diakses semua orang termasuk penyadang disabilitas.
"Kita ingin kehidupan mereka layak, anak-anak bisa bermain dan belajar, tidak ada lagi tekanan batin dirasakan yang memganggu pikiran mereka," harapnya.
Dia mengimbau, khususnya pengungsi perempuan agar selalu mewaspadai tidakan pelecehan seksual di selter pengungsian maupun huntara.
Dia menyebut, kasus pelecehan seksual sangat rawan terjadi di tempat-tempat seperti itu, khusunya kasus mengintip orang mandi sudah terjadi disejumlah titik pengungsian di Kota Palu.
"Termasuk kasus percobaan pemerkosaan. Kasus seperti ini perlu disikapi serius dan sangat berbahaya yang justru dapat mepengaruhi psikologi korban, " ungkapnya.
Berita Terkait
Kiprah Kartini merawat kuliner dan pangan lokal
Minggu, 21 April 2024 12:42 Wib
Yolla berpesan agar perempuan-perempuan bijak gunakan hak emansipasi
Minggu, 21 April 2024 12:39 Wib
Napi perempuan Palu dapat layanan kesehatan Gratis
Jumat, 19 April 2024 17:07 Wib
LPP Palu berikan Mukenah Gratis kepada Warga Binaan
Selasa, 9 April 2024 21:28 Wib
Pasukan Israel sengaja targetkan perempuan dan anak-anak Palestina
Senin, 8 April 2024 8:45 Wib
Lapas Perempuan Palu Gelar Apel Siaga 3+1 Berantas Halinar
Jumat, 5 April 2024 23:01 Wib
125 Narapidana Lapas Perempuan Palu diusulkan terima remisi
Jumat, 5 April 2024 17:15 Wib
Anak perempuan lebih rentan mengalami gangguan dismorfik tubuh
Senin, 1 April 2024 8:56 Wib