Upaya Pemkab Sigi menjaga ketahanan pangan

id sigi,ketahanan pangan

Upaya Pemkab Sigi menjaga ketahanan pangan

Irigasi Gumbasa mampu melayani sekitar 7.000 hekatare lahan pertanian di Sigi. Tetapi karena rusak total akibat gempa 2018, kini irigasi Gumbasa baru bisa melayani 1.000 hektare lahan pertanian di Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi.(Antara/Anas Masa)

Sigi, Sulteng (ANTARA) - Kabupaten Sigi salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Tengah yang selama ini telah memberikan kontribusi besar terhadap ketersediaan pangan di daerah itu.

Meski sektor pertanian hingga kini belum juga pulih akibat bencana alam gempabumi 7,4 skala ricther yang terjadi pada 28 September 2018 dengan memporak-porandakan sebagian besar desa dan kecamatan di Kabupaten Sigi,namun dengan segala kekuatan dan kemampuan yang ada, Pemkab Sigi terus melakukan berbagai usaha menggenjot kembali sektor pertanian sebagai primadona dan unggulan di daerah itu.

Pertanian merupakan sektor primadona, karena sebagian beras masyarakat yang ada di 15 kecamatan di Kabupaten Sigi adalah petani.
Karena itu, Pemkab Sigi dalam upaya mempercepat proses pemulihan sektor pertanian pasca bencana alam gempa dan likuefaksi di daerah tersebut, memberikan bantuan mesin alat pertanian dan juga bibit kepada para petani melalui kelompok-kelompok tadi di seluruh wilayah.

Bantuan dimaksud disalurkan kepada setiap kelompok tani dengan harapan petani kembali bersemangat dan sektor pertanian bisa pulih lagi seperti sebelum terjadi bencana alam gempa dan likuefaksi di Sigi.

Selain memberikan bantuan mesin alat pertanian dan benih serta pupuk dan obat-obatan, Pemkab Sigi berupaya keras membangun dan memperbaiki kembali jaringan irigasi yang rusak baik karena gempa maupun juga faktor alam yakni banjir.

Jaringan-jaringan irigasi yang rusak dibangun dan perbaiki kembali sehingga kebutuhan petani akan air untuk lahan pertanian pangan dan hortikultura di setiap desa dan kecamatan di Sigi dapat terpenuhi sesuai kebutuhan petani.


Terima bantuan
Huber Supari, salah seorang pengurus kelompok tani di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi membenarkan bahwa selama pasca bencana alam gempabumi dan masa pandemi COVID-19, petani banyak menerima bantuan mulai dari bibit padi dan jagung sampai mesin-mesin alat pertanian.

Perhatian dan kepedulian dari pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kepada para petani di Kabupaten Sigi sangatlah besar.

"Kalau ada petani yang tidak berhasil itu berarti petaninya yang malas," kata dia.

Masalahnya, semua kebutuhan petani disiapkan oleh pemerintah. Jadi, tinggal petani itu sendiri yang harus berusaha dan berjuang untuk memanfaatkan semua bantuan yang diperolehnya.

Dia mengaku dengan adanya berbagai bantuan dari berbagai pihak, terutama pemerintah, sekarang ini petani di Dataran Tinggi Lemban Tongoa boleh dikatakan cukup berhasil.

Rata-rata petani yang memiliki lahan persawahan dan kebun selama masa pandemi COVID-19 sampai new normal tidak mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan rumah tangga dari hasil pertanian dan perkebunan.

"Saya sendiri untuk beras tidak perlu membeli di pasar, sebab hasil panen cukup, bahkan sebagian bisa dijual untuk membeli keperluan lainnya,' kata petani yang memiliki anak empat orang itu.

Selain menanam padi,juga mengembangkan komoditi lain seperti jagung, kedelai dan berbagai jenis tanaman hortikultura berupa cabai, tomat, bawang dan kacang-kacangan.


Lumbung desa
Sementara Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Sigi, Mulyadi mengatakan pemerintah menargetkan luas lahan pangan di daerah itu terus bertambah seiring dengan pencetakan sawah baru dan juga pembukaan lahan baru bagi berbagai komoditi pangan dan hortikultura.

Terutama di beberapa wilayah terdampak bencana alam gempa yang menyebabkan rusaknya jaringan irigasi untuk sementara petani terhenti menanam padi sawah.

Ada beberapa wilayah di Sigi seperti di Kecamatan Gumbasa, Tanambulava, Dolo dan Sigibiromaru yang selama ini bergantung pada irigasi Gumbasa dalam kurun dua tahun terakhir ini lahan pertanian tidak bisa diolah.

Irigasi Gumbasa saat gempa mengalami kerusakan total mulai dari bendungan sampai jaringan-jaringan irigasi menuju lahan-lahan pertanian.

Data yang ada, kata dia, luas areal yang terdampak rusaknya irigasi Gumbasa karena diterjang gempa sekitar 7.000 hektare. Dari luas areal sebesar itu, baru sekitar 1.000 hektare diantaranya yang sudah mendapatkan pasokan air dari irigasi Gumbasa.

"Ya baru di Kecamatan Gumbasa yang irigasinya sudah selesai dibangun dan kini petani sudah bisa mengolah sawah dan juga menanam berbagai jenis komoditi hortikultura," kata dia.

Tetapi sebagian areal pertanian di kecamatan lainnya belum bisa diolah, sebab irigasi masih sedang dalam tahap pekerjaan oleh Kementerian PUPR.
Padahal, kata dia, wilayah-wilayah yang terdampak bencana alam dan irigasinya rusak tersebut merupakan sentra produksi beras dan hortikultura di Sigi.

Dia menambahkan khusus di dua wilayah yakni Kecamatan Gumbasa dan Tanambulava, pada 2020 ini ditargetkan luas areal persawahan mencapai 1.000 hektare..
Untuk menunjang target itu, ujar dia, beberapa waktu lalu, Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapatta telah menyerahkan langsung bantuan alat mesin pertanian dan benih padi dan jagung.

Bupati sangat berharap bantuan-bantuan yang sudah disalurkan pemerintah dapat dimanfaatkan dengan baik oleh petani untuk meningkatkan produksi maupun produktivitas tanaman pangan.

Sementara Bupati Sigi Mohammad Irwan Lapata terus mengajak warga memanfaatkan pekarangan rumah yang ada untuk memperkuat lumbung pangan yang ada di daerah itu.

"Jika setiap warga menanam berbagai komoditas pertanian dan hortikultura di halaman rumahnya, niscaya ketersediaan pangan di Sigi ke depan akan semakin kuat," katanya .

Sektor pertanian merupakan sektor unggulan di Kabupaten Sigi, karenanya Pemkab Sigi terus mendorong para petani untuk tetap mengembangkan komoditas pangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sendiri dan juga menjadi daerah penyangga kebutuhan pasar lokal maupun luar.

Apalagi, jika ibu kota negara sudah dibangun di Kalimantan, maka akan sangat menguntungkan bagi Sulteng, termasuk Kabupaten Sigi untuk menjadi daerah penyangga terhadap berbagai kebutuhan sehari-hari.

Karena itu, Pemkab Sigi terus mendorong warga di setiap desa untuk menyediakan lumbung pangan agar selain menjaga ketahanan pangan desa dan daerah, juga sekaligus menjadikan Sigi sebagai sentra produksi pangan dan hortikultura di Provinsi Sulteng.

Diharapkan program desa menyiapkan tiga hektar lahan pertanian dapat direalisasikan, karena hal itu  sangat penting untuk memperkuat ketahanan stok pangan di Sigi.

Masih banyak lahan pertanian dan hortikultura di Sigi yang belum bisa digarap karena saluran irigasi Gumbasa masih dalam proses pembangunan kembali setelah hancur total diterjang gempabumi dan likuefaksi pada 2018.

Kementerian PUPR, kata dia, sedang membangun kembali infrastruktur irigasi yang rusak akibat bencana alam tersebut dan baru sekitar 1.000 hektare areal pertanian yang sudah bisa dikelola oleh petani karena sudah ada irigasinya.

"Tetapi masih sebagian besar lahan yang belum bisa digarap menunggu rampungnya pembangunan irigasi," katanya

Kabupaten Sigi selama ini merupakan salah satu daerah penghasil beras dan juga berbagai komoditas hortikultura di Provinsi Sulteng. Paling tidak dengan program pemanfaatan pekarangan rumah dengan menanam berbagai komoditi pangan dan sayur-sayuran serta tanaman obat, kebutuhan rumah tangga sudah bisa terpenuhi sendiri. "Dan jika lebih, bisa dijual di pasar-pasar tradisional yang ada di sekitarnya.

Niscaya sektor pertanian di Sigi ke depan akan kembali pulih dan menjadi sentra produksi pangan dan hortikultura di Provinsi Sulteng.
Seorang petani di Kecamatan Dolo Selatan panen jagung musim tanam Oktober 2019. (Antara/Anas Masa)