Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti Pemerintah Provinsi Banten untuk mewaspadai potensi gempa dan tsunami di wilayah tersebut, terutama Kota Cilegon.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan Kota Cilegon memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap dampak gempa dan tsunami.
"Letak Cilegon yang berada di ujung barat Pulau Jawa, di tepi Selat Sunda, selain strategis juga menyimpan potensi bahaya yang cukup besar jika sewaktu-waktu terjadi gempa dan tsunami," ujarnya.
Selama ini, Cilegon dikenal sebagai kota industri lantaran banyak industri di daerah tersebut.
Selain itu, berbagai objek vital negara terdapat di wilayah tersebut, antara lain Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel, PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant, (Rencana Lot) Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan (Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda.
Dia mengatakan apabila terjadi gempa kuat yang diikuti tsunami maka Kawasan Industri Cilegon menyimpan potensi bahaya berupa bencana kegagalan teknologi yang dapat menimbulkan kerugian berupa kerusakan infrastruktur, lingkungan, maupun cedera, penyakit, bahkan kematian manusia.
"Artinya, ada multiancaman yang membahayakan masyarakat Kota Cilegon dan sekitarnya saat terjadi gempa bumi kuat yang diikuti tsunami," ujar dia.
Dwikorita menerangkan sekurang-kurangnya terdapat empat sumber potensi gempa bumi dan tsunami di area tersebut, yaitu Zona Megathrust berstatus rawan gempa bumi dan tsunami, Zona Sesar Mentawai, Semangko, dan Ujung Kulon berstatus rawan gempa bumi dan tsunami, Zona Graben Selat Sunda berstatus rawan longsor dasar laut, dan Gunung Anak Krakatau yang jika erupsi juga dapat memicu tsunami.
Berdasarkan pemodelan dilakukan BMKG jika gempa terjadi di Zona Megathrust Selat Sunda maka terdapat potensi kekuatan gempa hingga mencapai magnitudo 8,7.
Diperkirakan, kawasan Cilegon akan terdampak dengan tingkat intensitas guncangan VI-VII MMI, yang dapat menimbulkan kerusakan ringan, sedang, hingga berat.
Dengan kekuatan maksimum 8,7 tersebut, potensi genangan tertinggi diperkirakan mencapai 8,28 meter, yaitu di sekitar Pelabuhan Merak Kota Cilegon. Posisi pelabuhan berada pada teluk menghadap celah sempit (selat) berseberangan dengan Pulau Merak Besar, memungkinkan terjadinya amplifikasi atau penguatan gelombang tsunami di lokasi tersebut.
Genangan tsunami diperkirakan mencapai jarak maksimum sekitar 1,5 km dari tepi pantai di Kelurahan Tegalratu, Kecamatan Ciwandan dan Kelurahan Warnasari, Kecamatan Citangkil di Kota Cilegon, yang merupakan kawasan yang landai.
"Bencana ikutan akibat gempa bumi dan tsunami juga berpotensi terjadi di kawasan industri Cilegon, berupa kebakaran, sebaran zat kimia yang berbahaya, ledakan akibat bahan kimia, ataupun tumpahan minyak," kata Dwikorita.
Berita Terkait
Pemprov Sulteng: Realisasi distribusi pupuk subsidi 22,4 ton
Rabu, 15 Mei 2024 18:55 Wib
Disbunnak Sulteng laksanakan pelatihan juru sembelih halal
Rabu, 15 Mei 2024 15:01 Wib
Pemprov Sulteng ajak PPID sinergi wujudkan "Sulteng Informatif 2026"
Rabu, 15 Mei 2024 12:02 Wib
Pemprov Sulteng koordinasi pengembangan SDA tingkatkan perekonomian
Rabu, 15 Mei 2024 11:53 Wib
Pemprov Sulteng lakukan studi analisis kelayakan daerah otonom baru
Selasa, 14 Mei 2024 19:30 Wib
Pemprov sosialisasikan peta jalan Sulteng percepat reformasi birokrasi
Selasa, 14 Mei 2024 18:44 Wib
Bali respons positif ajakan pameran produk tani Konjen Tiongkok
Selasa, 14 Mei 2024 14:30 Wib
Pemprov-Sulteng minta pemda 13 kabupaten/kota laporkan data Ranham
Selasa, 14 Mei 2024 12:41 Wib