Dinkes: Perawat Jangan Takut Tangani Penderita HIV/AIDS

id hiv, aids

Dinkes: Perawat Jangan Takut Tangani Penderita HIV/AIDS

Ilustrasi--Dua petugas mengambil darah pekerja seks komersial guna antisipasi penyakit HIV/AIDS, di Tegal, Jateng, (31/3/12). (Foto : ANTARA/Oky Lukmansyah)

Selama ini dalam penanganan dan perawatan HIV/Aids, masih ditemukan perawat di Puskesmas dan rumah sakit merasa takut dan cemas
Parigi,Sulteng,  (antarasulteng.com) - Kepala Dinas Kesehatan (Dinnkes) Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, Refi JN Tilaar menganjurkan agar perawat jangan takut dalam menangani penderita penyakit HIV/Aids.

"Selama ini dalam penanganan dan perawatan HIV/Aids, masih ditemukan perawat di Puskesmas dan rumah sakit merasa takut dan cemas," katanya di Parigi, Rabu.

Penekanan itu disampaikan Kadis dalam pelatihan layanan komperhensif berkesinambungan (LKB) program Infeksi Menular Seksual (IMS) bagi petugas puskesmas dan rumah sakit, lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Parimo.

Ketakutan itu kata Refi dikarenakan minimnya pengalaman atau pengetahuan dalam penanganan HIV/Aids oleh perawat itu sendiri.

Sementara kata dia, menurut penelitian terbaru bahwa penularan penyakit tidak semua bisa ditularkan dalam aktivitas rumah tangga, seperti dalam berciuman, mandi bersama di kolam renang dan di tempat umum, karena virus ini tidak akan hidup lebih dari 5 detik.

"Saya juga berharap kepada petugas-petugas puskesmas dan rumah sakit jangan lagi takut untuk menagani pasien yang terkena HIV/Aids," tutup Kadis.

Ditempat yang sama Wakil Bupati Parimo, Badrun Nggai mengatakan setiap petugas kesehatan harus memiliki pemahaman tentang perawatan. Sebab kata Wabup dukungan pengobatan orang terinfeksi HIV/Aids serta kejelasan peran dan tugas masing-masing dan keterampilan, diperlukan dalam melaksanakan peran dan tugas tersebut.

"Oleh karena itu saya berharap, penatalaksanaan IMS serta konseling dan tes dapat dilakukan disetiap puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan," tekannya.

Selain itu, Wabup juga berharap kepada para petugas medis, agar penemuan kasus sedini mungkin dapat dilakukan pemantauan dan pencegahan, jangan sampai pengidap penyakit itu menular kepada orang lain.

"Kepada seluruh peserta pelatihan agar dapat mengikuti kegaiatan ini dengan serius dan seksama, dengan harapan ilmu yang didapatkan dapat diaplikasikan dalam profesi sebagai pelayan kesehatan masyarakat," tutup Wabup.

Pelatihan yang berlangsung selama 4 hari itu dimulai, Selasa (13/12) yang diikuti masing-masing dua orang petugas Puskesmas yaitu Puskesmas Parigi, Lompentodea, Siniu, Tada, Sidoan, Tomini, Lambunu, Moutong dan Sumbersari.

Sementara dari pihak rumah sakit diwakili oleh RS Anuntaloko Parigi delapan orang, RS Raja Tombolotut dua orang dan RS Pratama Moutong tiga orang.