Nelayan Banggai Laut buang ikan puluhan ton tiap bulan

id dkp, balut

Nelayan Banggai Laut buang ikan puluhan ton tiap bulan

Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo (kemeja putih) dan rombongan melihat dari dekat nelayan Banggai Laut menurunkan ikan hampir satu ton di kawasan Mato, Senin (27/11), tanpa sarana pelabuhan pendaratan ikan. (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Kehadiran cold storage di Mato, Balut, tingatkan pendapatan nelayan sekitar 60 persen
Banggai, Sulteng, (Antarasulteng.com) - Nelayan di Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah, terpaksa membuang ikan puluhan ton setiap bulan karena keterbatasan es balok, sarana pembekuan dan gudang pendingin untuk mengawetkan hasil tangkapan mereka yang tidak bisa ditampung oleh pembeli.

"Bulan lalu saja, nelayan mitra kami terpaksa membuang ikan sekitar 30 ton," kata Ketua Koperasi Perikanan Mina Rizki Abadi (Komira) Banggai Dr Rusman Gazali saat menerima kunjungan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Dr Ir H Hasanuddin Atjo,MP di lokasi usaha Komira, Desa Gonggong, Kecamatan Banggai Tengah, Senin.

Di lokasi ini, Komira yang merupakan koperasi mina primer berskala nasional ini mengusahakan sebuah unit pengolahan ikan dengan sarana pembekuan dan penyimpanan (cold storage) berkapasitas 50 ton yang mempekerjakan 30-an orang.

Menurut Rusman, karena keterbatasan kapasitas pembekuan dan gudang pendingin, maka bahan baku ikan yang bisa ditampung Komira setiap hari hanya sekitar 8 ton, sementara ikan yang dibawa para nelayan dari dua kelompok yang menjadi mitra tetap mencapai 10 sampai 12 ton tiap hari jenis pelagis.

Kelebihan ikan tersebut, ujar Rusman yang didampingi penasehat Komira Yusuf, membusuk percuma karena tidak ada es balok yang bisa membantu nelayan untuk mengawetkan hasil tangkapannya untuk menunggu sampai terserap pasar.

Hal tersebut dibenarkan oleh Amir, salah satu kelompok nelayan Banggai Laut yang menjadi mitra tetap pemasok ikan ke Komira yang menyebutkan bahwa saat musim-musim ikan seperti saat ini, tiap hari bisa satu ton ikan yang terpaksa dicurah ke laut karena membusuk.

"Tetapi ini sudah lumayan baik pak, karena tahun-tahun sebelumnya saat Komira belum masuk, ikan yang kami buang lebih banyak lagi. Sekarang alhamdulillah, selain ikan busuk semakin kurang, harga jual yang kami peroleh juga sudah naik cukup tinggi," katanya.

Dr Rusman menyebutkan bahwa tahun 2016, harga jual ikan pelagis hasil tangkapan nelayan di Banggai Laut paling tinggi Rp5.000/kg, sekarang harga jual mereka paling rendah Rp8.000/kg sejak Komira aktif melakukan pembelian melalui kerja sama kemitraan.

Ikan-ikan yang ditampung Komira ini kemudian dibersihkan, dibekukan dan disimpan di dalam gudang pendingin untuk diakumulasi guna dikapalkan ke Pulau Jawa sekali dalam sepekan dimana setiap pengiriman berkapasitas 4-6 kontainer.

"Jadi kehadiran Komira mengelola cold storage yang dibangun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini telah memberikan dampak yang cukup signifikan kepada para nelayan karena harga jual ikan naik sampai 60 persen," ujarnya.


Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo (kedua kiri) saat meninjau sarana pembekuan
ikan di kawasan Mato, Banggai Laut.

Kadis Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo yang didampingi Kasubdit Tata Niaga Direktorat Logistik Ditjen Penguatan Daya Saing produk kelautan dan perikanan) KKP Prayudi Budi Utomo mengunjungi Komira sehubungan dengan pembangunan cold storage baru dengan dana APBN KKP 2017 di lokasi tersebut berkapasitas 100 ton.

Selain itu, kawasan Mato, Desa Gonggong, Kecamatan Banggai Tengah ini sedang disiapkan menjadi kawasan industri perikanan terpadu yang akan dibangun pelabuhan perikanan dan berbagai sarana dan fasilitas pendukungnya sejak 2015 dan diharapkan lima tahun ke depan sudah menjadi pusat pengumpulan dan distribusi pangan laut nasional.

Prajudi mengemukakan untuk mendukung pengembangan kawasan Mato sebagai pusat pengumpulan dan distribusi pangan laut dan industri perikanan terpadu, KKP akan meningkatkan lagi kapasitas gudang pendingin pada 2018 serta dilengkapi unit pengolahan ikan skala kecil.

Ia mengakui bahwa untuk mendukung industrialisasi perikanan dan peningkatan daya saing produk-produk perikanan, Kementerian KP saat ini masih kekurangan gudang pendingin (cold storage) secara nasional sekitar 1,7 juta ton.

Di lokasi ini, tim yang dipimpin Kadis KP Slteng Hasanuddin Atjo menyaksikan nelayan membongkar ikan segar hasil tangkapannya hampir satu ton dengan melabuhkan kapal sekitar 20 meter dari pantai lalu memikul kotak-kotak ikan ke pantai yang berpasir untuk menunggu mobil pengangkut ke tempat pengolahan.

Ini terjadi karena daerah Mato tersebut belum memiliki dermaga pendaratan ikan, bahkan di seluruh wilayah Kabupaten Banggai Laut, belum satu pun tersedia pelabuhan perikanan. 

Nelayan Mato harus berlomba dengan ombak untuk menurunkan ikan di pantai
karena belum memiliki PPI