Produksi PPI Donggala minim, masyarakat masih enggan makan ikan laut

id PPI Donggala,gema bumi,produksi ikan

Produksi PPI Donggala minim, masyarakat masih enggan makan ikan laut

Ketua Kelompok Nelayan PPI Donggala Marwan (kaos kuning) menyampaikan komitmen nelayan untuk segera turun melaut pascagempa (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)

Marwan: dua minggu depan semua nelayan Insya Allah sudah turun melaut.
Palu (Antaranews Sulteng) - Produksi ikan hasil tangkapan nelayan pascagempa bumi dan tsunami 28 September 2018 di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala, Sulawesi Tengah, sampai saat ini masih sangat minim.

"Sejak bencana sampai saat ini, jumlah ikan yang dibongkar di PPI ini baru sekitar 10 ton," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pelabuhan Perikanan Wilayah I Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Abdul Rasyid di Donggala, Kamis.

Usai mengikuti program trauma healing untuk para nelayan Donggala, Abdul Rasyid menyebut bahwa sebelum bencana, PPI Donggala mencatat produksi hasil tangkapan nelayan antara 200 sampai 300 ton setiap bulan, terbesar di antara empat UPTD Pelabuhan Perikanan di Sulteng.

Ada beberapa penyebab masih minimnya tangkapan nelayan yakni pertama, banyak nelayan yang belum turun melaut karena masih trauma dengan bencana dan juga ketersediaan es balok dan bahan bakar minyak yang masih terbatas.

"Selama hampir sebulan ini, pabrik es balok di PPI ini rusak, namun mulai hari ini sudah berhasil diperbaiki dan berproduksi seperti sebelumnya yakni 15 ton atau 660 balok tiap hari," ujarnya.

Penyebab kedua adalah para nelayan yang sudah turun melaut saat ini membawa sebagian besar hasil tangkapannya ke wilayah Bontang, Kalimantan Timur untuk dijual karena harga jual di Bontang dan sekitarnya lebih tinggi.

Baca juga: Puluhan Nelayan Donggala ikut 'trauma healing'
Baca juga: Budidaya Keramba Bandeng di PPI Donggala Dipuji KKP


"Di sini sekarang harga ikan jenis lajang dan cakalang hanya Rp9.000-an/kg, di Kaltim belasan ribu rupiah. Soalnya masyarakat Palu masih enggan makan ikan laut pascabencana, jadi ikan laut tidak terlalu laku," ujarnya.

Rasyid menambahkan jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi di PPI Donggala mencapai 210 unit yang terdiri atas 65 kapal dengan alat tangkap pursein yang setiap kapal mempekerjakan 17 nelayan serta 145 kapal menggunakan handline dimana setiap kapal memilik tujuh orang nelayan.

Sedangkan kapal-kapal penangkap tuna, sampai saat ini belum ada yang turun melaut karena banyak yang kehilangan perahu akibat dilanda gempa dan tsunami.

Sementara itu Ketua Kelompok Nelayan PPI Donggala Marwan mengatakan bahwa masih banyak nelayan belum turun melaut tidak semata karena trauma, tetapi karena kehilangan perahu dan alat tangkap serta keterbatasan es balok dan bahan bakar.

"Tetapi sekarang, pabrik es balok sudah jalan dan suplai BBM mulai normal. Dalam dua minggu ke depan, saya kira jumlah nelayan yang turun melaut sudah akan kembali normal," ujarnya.

Terkait masih banyaknya masyarakat Palu dan sekitarnya yang enggan makan ikan laut, Marwan megaku heran dengan pola pikir masyarakat.

"Ikan itu pilih-pilih makanan. Udang saja yang merupakan umpan/makanan ikan, kalau sudah busuk, dia tidak mau makan lagi, apalagi bangkai manusia," ujar Marwan.
 
Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo (kiri) dan motivator/pelaku usaha Kota Palu H. Karman Karim memberikan motivasi kepada puluhan nelayan di PPI Donggala, Kamis (1/11) agar mereka segera turun melaut pascagempa. (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)