Harga kakao di tingkat petani membaik

id kakao

Harga kakao di tingkat petani  membaik

Kakao siap panen. (ANTARA)

Sigi, Sulteng, 29/1 (Antaranews Sulteng) - Harga biji kakao di tingkat petani di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah terus membaik dalam kurun sepekan terakhir ini, namun hasil panen petani berkurang.

Jefri, seorang petani di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Selasa membenarkan membaiknya harga komoditi perkebunan itu dan sangat menguntungkan petani.

"Harganya cukup lumayan berkisar Rp30.000/kg," kata dia.

Harga tersebut berlaku di tingkat produsen. Para pedagang yang berasal dari Palu datang membeli langsung ke petani."Petani tidak perlu lagi harus ke Palu untuk menjual hasil panen, sebab pedagang sendiri yang datang membeli," katanya.

Namun demikian, di tengah-tengah harga kakao sedang membaik, justru produksi buah kakao petani sudah mulai berkurang, sebab panen raya sudah berakhir beberapa bulan lalu.

Hal senada juga disampaikan Berti, seorang petani di Desa? Kamarora, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi. Ia juga mengatakan harga kakao di tingkat produsen terus bergerak naik dan kini sudah berada pada kisaran Rp30.000/kg dari sebelumnya Rp28.000/kg.

Menurut dia, kenaikan harga kakao di tingkat petani antara lain disebabkan hasil panen petani mulai menurun dan permintaan pasar meningkat.

Selama ini, naik-turunnya harga kakao selalu dipengaruhi pasar internasional. Kalau harga kakao di pasaran internasional naik, maka di dalam negeri, termasuk di Palu dan Sigi ikut membaik.

"Begitu pula sebaliknya," katanya.

Kenaikan harga kakao di tingkat petani selain meningkatkan penghasilan, juga tentu mendorong petani untuk terus bergairah menanam dan merawat kebun mereka.

Apalagi, jika tidak ada gangguan hama, tentu produksi kakao akan mengembirakan.

Selama ini hama kakao yang paling ditakuti petani adalah hama PBK (Penggerek Buah Kakao). Jika hama itu menyerang,maka permukaan buah kakao akan menjadi coklat kehitaman dan isinya menjadi busuk.

Karena itu, petani harus memperhatikan perawatannya dengan? rutin melakukan pemupukan dan juga penyemprotan obat.

Sigi selama ini merupakan salah satu daerah penghasil kakao di Provinsi Sulteng. Kebanyakan hasil panen petani di pasarkan ke Kota Palu.

Namun, Sulteng selama kurun beberapa tahun terakhir ini tidak lagi mengekspor langsung biji kakao ke negara tujuan seperti yang dilalukan para eksportir tahun-tahun sebelumnya.

"Dan ini sangat merugikan petani dan daerah," kata pengamat ekonomi, Achrul Udaya yang juga sebagai Ketua Bidang Perdagangan Kadin? Provinsi Sulteng itu.