Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Sejumlah pemuda di Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mengelola bekas likuefaksi 28 September 2018 menjadi objek wisata baru di daerah itu.
Mereka mengubah tempat traumatik akibat bencana itu menjadi sebuah ruang yang menakjubkan untuk dinikmati dengan nama Taman Likuefaksi.
Inisiator Kelompok Pemuda Desa Lolu, Kiki Palurante, di Sigi, Senin mengatakan awal mula munculnya ide tersebut karena sejak bencana gempa 28 September 2018, banyak sekali anak muda kehilangan pekerjaan.
"Bahkan sampai saat ini mereka yang petani juga belum bisa bekerja karena saluran irigasi masih rusak. Ini yang menjadi latar belakang sehingga kami berinisiatif mengelola dan memanfaatkan bekas likuefaksi sebagai objek wisata baru,” ujar Kiki.
Pemuda-pemuda di Desa Lolu melihat pohon-pohon jati yang telah mengering karena terangkat oleh gerakan tanah saat bencana melanda ternyata menjadi pemandangan unik dan menarik perhatian banyak orang.
“Di kawasan itu kebetulan ada seratusan pohon jati yang pada saat bencana lalu ikut bergeser dan kini sebagian besarnya mati dan mengering. Ini adalah berkah tersendiri untuk bisa mengubahnya menjadi taman wisata,” jelas Kiki.
Kiki bersama pemuda lainnya di desa itu menata pohon-pohon jati itu dengan menambah bunga sehingga menjadi menarik perhatian orang.
Untuk menambah daya tarik, mereka juga membuat jalan dan tempat bersantai untuk pengunjung di sekitar lokasi. Suasana ini menjadi hidup terutama pada sore dan petang hari.
Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Sigi Rahmat Saleh mengapresiasi ide kreatif dari generasi muda di desa itu.
Dia mengatakan Pemkab Sigi harus menjadi bagian dalam upaya dari pengembangan objek wisata Taman Likuefaksi tersebut.
"Termasuk mempertimbangkan untuk mendorong replikasi gagasan dan karya-karya anak muda di Desa Lolu ini di tempat yang lain, karena di Sigi ada banyak bekas likuefaksi, yang bila dikembangkan bisa menjadi objek wisata dan tempat penelitian serta pendidikan," kata Rahmat.
Rahmat mengaku bangga dengan karya anak-anak muda di Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru yang telah mengembangkan geo wisata likuefaksi tersebut.
Menurut Rahmat, karya itu mendemonstrasikan betapa kreatif dan kapabelnya anak-anak muda di Desa Lolu dan kabupaten Sigi karena mereka mampu mengubah sebuah lansekap yang suram dan traumatik menjadi sebuah ruang yang menakjubkan untuk dinikmati.
Dia mengatakan karya ini memberikan pembelajaran kepada semua pihak bahwa dengan itikad kuat dan gagasan, dapat mengubah tantangan menjadi peluang.
"Jika mengingat latar belakang anak-anak muda ini, maka kita harus mengagumi kegigihan dan sikap menolak menyerah pada keadaan. Ini harusnya menjadi inspirasi bagi kita semua. Ini menunjukan bahwa, bangkit atau terpuruk adalah pilihan,"
Berita Terkait
Kemenkumham-Sulteng dan DJKI catatkan alarm likuefaksi sebagai KI
Rabu, 1 Mei 2024 17:13 Wib
PUPR serahkan 655 unit huntap dihuni korban likuefaksi Petobo Kota Palu
Rabu, 20 Maret 2024 18:53 Wib
Pemprov Sulteng harap DPR kawal pemulihan dampak gempa dan likuefaksi
Senin, 17 Juli 2023 15:38 Wib
Menteri PPPA serap aspirasi warga huntap Pombewe-Sigi
Jumat, 9 Juni 2023 16:29 Wib
Warga berziarah di dinding kenangan bencana likuefaksi
Sabtu, 22 April 2023 18:14 Wib
Pemerintah Kabupaten Sigi manfaatkan bekas likuefaksi jadi lahan persemaian padi
Senin, 3 April 2023 15:08 Wib
Pemerintah Kota Palu apresiasi Bengkulu bantu bangun faskes pascabencana
Selasa, 21 Maret 2023 18:59 Wib
Pemkab Sigi prioritaskan penuntasan penanganan dampak gempa dan likuefaksi
Senin, 9 Januari 2023 14:52 Wib