Pertumbuhan ekonomi Sulteng 2019 dipediksi turun

id BI,BI Sulteng,Sulteng,Sulawesi Tengah,Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sulteng 2019 dipediksi turun

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah Miyono memaparkan kajian ekonomi dan keuangan regional Sulteng November 2018 di Vila Sutan Raja Palu Kamis petang (6/12). (Kristo Montoh/Humas Kantor Perwakilan BI Sulteng)

Palu (Antaranews Sulteng) -  Kondisi perekonomian di Sulawesi Tengah terutama di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala pascabencana 28 September 2018  diyakini terus mambaik dan berangsur pulih  sehingga pertumbuhan ekonomi  pada tahun depan dipastikan tetap tumbuh.

Namun Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulteng memprediksi pertumbuhan ekonomi Sulteng pada tahun 2019 tidak lebih tinggi dibadingkan tahun 2017 dan 2018.

“Secara tahunan perekonomian di Sulawesi Tengah tahun 2019 diprediksi tumbuh antara 6 persen sampai 6,4 persen. Lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun 2017 yang tercatat 7,1 persen dan tahun 2018 yang diperkirakan antara 6,1 persen sampai 6,5 persen,” kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng Miyoni saat memaparkan kajian ekonomi dan keuangan regional  November 2018 di Vila Sutan Raja Palu, Kamis petang.

Gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang meluluhlantahkan Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala kata Miyono mejadi pemicunya dan mengakibatkan empat sektor pendongkrak perekonomian di Sulteng terutama di tiga daerah tersebut lumpuh selama beberapa saat.

“Empat sektor tersebut antara lain pertanian, perdagangan, perhotelan dan restoran. Saat bencana empat sektor ini lumpuh. Bahkan saat itu aktivitas perekonimian di semua sektor lumpuh. Tidak ada yang berjualan sama sekali,” ujar Miyono.

Olehnya dalam kesempatan itu Miyoni mendorong Gubenur Sulteng Longki Djanggola, Wali Kota Palu Hidayat, Bupati Sigi Moh Irwan Lapttan dan Donggala Kasman Lassa untuk secepatnya memulihkan kondisi perekonomian pada empat sektor tersebut .

“Kalau di sektor pertanian dan perdagangan saya lihat sudah berangsur pulih. Tinggal di sektor perhotelan dan restoran. Kita lihat sendiri masih banyak hotel dan restoran yang tutup. Gubernur, wali kota dan bupati harus berada di garda terdepan dan berperan penting dalam menormalkan kondisi perekonomian pasca bencana. BI siap dan akan membantu,”ucap Miyono.

Sementara itu dalam pemaparannya, Miyono menerangkan secara umum factor pertumbuhan ekonomi tahun 2019 bersumber dari kinerja ekspor yang diperkirakan akan tetap tumbuh dan kredit perbankan juga diharapkan masih tetap tumbuh positif pada kisaran 10 persen.

“Inflasi Sulteng akhir triwulan satu 2019 diperkirakan berada pada kisaran 3,2 persen sampai 3,6 persen. Angka tersebut tergolong tinggi sebab mengendalikan inflasi pasca bencana tidaklah mudah. Penyebab inflasi yakni harga tiket pesawat dan pangan yang naik sangat tinggi pasca bencana,” papar Miyono.