BDM Bangun Kilang Feronikel Bernilai Rp7,5 Triliun

id longki

BDM Bangun Kilang Feronikel Bernilai Rp7,5 Triliun

Gubernur Sulteng, Longki Djanggola (FOTO ANTARA/Fiqman Sunandar)

Kilang ini akan memproduksi feronikel dengan kapasitas 300.000 ton setahun...
Palu,  (antarasulteng.com) - PT Bintang Delapan Mineral (BDM) membangun sebuah kilang pengolahan nikel di Bungku, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dengan investasi 650 juta dolar AS atau sekitar Rp7,5 triliun.

"Kilang ini akan memproduksi feronikel dengan kapasitas 300.000 ton setahun," kata Manajer Pabrik PT BDM William Bun kepada Antara usai menerima kunjungan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola di lokasi pabrik tersebut di Bungku, Rabu.

Gubernur Longki Djanggola yang didampingi Bupati Morowali Anwar Hafid mengunjungi lokasi pabrik itu menggunakan helikopter dalam rangkaian kunjungan gubernur ke empat kabupaten yakni Morowali Utara, Morowali, Banggai dan Banggai Laut.

William Bun mengemukakan selain kilang feronikel, perusahaannya juga sedang membangun pembangkit listrik (power plant) berkapasitas 130 MW

"Saat ini, kegiatan konstruksi kilang ini sudah mencapai 50 persen. Mudah-mudahan pabrik akan beroperasi awal 2015," ujarnya.

Namun sebelum pabrik ini selesai, pihaknya akan memulai lagi pembangunan kilang unit II pada Mei 2014 dengan kapasitas produksi dua kali lipat dari unit I yakni 600.000 ton/tahun serta sebuah power plant berkapasitas 300 MW.

Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola yang berada di sekitar pabrik itu selama sekitar dua jam mengaku bangga dengan pembangunan kilang feronikel yang akan menelan dana belasan triliun rupiah tersebut.

Menurut dia, BDM merupakan perusahaan yang terbukti paling serius melaksanakan ketentuan UU No.4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara karena saat ini merupakan yang pertama merealisasikan kewajiban membangun pabrik pengolahan nikel.

"Pabrik ini akan memberikan dampak ekonomi yang luas, baik bagi daerah maupun secara nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.

Ia berharap semua perusahaan tambang di Sulteng untuk menaati UU Minerba tersebut dengan menghentikan ekspor nikel mentah dan mulai membangun pabrik pengolahan.

"Kalau tidak mampu membangun sendiri smelter, bikinlah konsorsium, dengan demikian semua perusahaan tambang akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi daerah dan masyarakat lewat ekspor hasil tambang olahan," ujarnya.

Gubernur Longki mengaku bahwa dalam satu atau dua tahun ke depan, akan terjadi penurunan kontribusi sektor pertambangan dalam pertumbuhan ekonomi daerah karena terhentinya ekspor nikel mentah (ore).

"Tapi setelah itu, akan terjadi lompatan yang signifikan kalau semua sudah mengekspor bahan tambang yang sudah diolah. Devisa akan mengalir, lapangan kerja terbuka lebih luas," ujarnya. (skd)