Bupati Sigi minta OPD sinergikan program penanganan stunting

id Stunting,Stunting sigi,Kekerdilan,Pemkab sigi,Dinas kesehatan sigi,Mohamad irwan,Bupati sigi

Bupati Sigi minta OPD  sinergikan program penanganan stunting

Arsip Foto- Pemeriksaan kondisi kesehatan bayi untuk pencegahan stunting. (ANTARA/HO-Istimewa)

Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Bupati Sigi, Sulawesi Tengah, Mohamad Irwan meminta kepada seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di kabupaten tersebut untuk mensinergikan program pembangunan kualitas hidup masyarakat demi percepatan penanganan stunting atau kekerdilan.

"Penanganan kasus stunting menjadi satu prioritas Pemerintah Kabupaten Sigi. Oleh karena itu perlu terobosan OPD yang diawali dengan sinergitas program penanganan stunting," kata Mohamad Irwan, di Sigi, Sabtu.

Penanganan stunting, kata dia, harus dilakukan dengan konsep pentahelix yang di dalamnya seluruh unsur dan komponen terlibat secara bersama.

"Penanganan stunting di Sigi harus diikutkan dengan komitmen lintas sektor dari beberapa OPD Sigi. Apalagi penanganan stunting merupakan prioritas program nasional," katanya.



Menurut dia, angka stunting di Kabupaten Sigi untuk anak usia 0-23 bulan sebesar 20,2 persen pada 2019, menurun menjadi 16,6 persen pada 2020 dan menurun lagi menjadi 14,4 persen pada 2021.

Pemkab Sigi telah menetapkan 25 desa sebagai lokus fokus penanganan stunting di sembilan kecamatan meliputi Kecamatan Sigi Biromaru, Nokilalaki, Palolo, Dolo Selatan, Marawola Barat, Kulawi, Gumbasa, Dolo Barat, dan Dolo.

Dinas Kesehatan Sigi menyatakan stunting atau kekerdilan menghambat tumbuh kembang anak dari sisi fisik tinggi badan serta intelektual.

"Stunting berdampak langsung pada tumbuh kembang anak secara fisik, gangguan intelektual anak, serta pada saat beranjak dewasa mudah terdampak penyakit kronis atau penyakit tidak menular," kata Kepala Bidang Upaya Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi Adheleide Krisnawati, di Sigi, Sabtu.



Adheleide menjelaskan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun, karena kurangnya asupan gizi yang layak sejak masih berada dalam kandungan ibu.

"Kondisi itu ditandai dengan tinggi badan anak lebih rendah dari usianya," ucap Krisnawati.

Stunting, kata dia, dapat dikenali atau diketahui oleh orang tua dengan mengenali ciri-cirinya, di antaranya tinggi badan anak lebih pendek dari usianya, jika mengalami gangguan tumbuh kembang secara fisik. Kemudian, gangguan perkembangan intelektual yaitu kecerdasan anak menurun.

Kondisi ini, ujar dia, dipengaruhi oleh beberapa sebab, di antaranya minimnya asupan gizi, infeksi berulang, serta kondisi kesehatan lingkungan seperti minimnya air bersih dan rendahnya kualitas sanitasi.



"Penanganan stunting ditempuh dengan dua skema yaitu intervensi spesifik yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan intervensi sensitif yang melibatkan seluruh organisasi perangkat daerah terkait, termasuk pemerintah kecamatan dan desa serta mitra terkait," katanya.

 
Arsip Foto- Bupati Sigi Mohamad Irwan (ANTARA/Muhammad Hajiji)