Pemkot Palu intervensi 400 ibu hamil KEK cegah ketengkesan

id Tengkes, stunting, kekerdilan, Pemkotpalu, dinkespalu, Indrawati, gizi, Sulteng, balita

Pemkot Palu  intervensi 400 ibu hamil KEK cegah ketengkesan

Ilustrasi - Petugas kesehatan Puskesmas memakai alat pelindung diri saat memberikan imunisasi pada anak balita, Kamis (16/7/2020). (ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA

Palu (ANTARA) -
Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah mengintervensi kurang lebih 400 jiwa ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK) melalui sejumlah program guna mencegah ketengkesan atau stunting.
 
"Ibu hamil KEK jika tidak diintervensi berpotensi melahirkan bayi kekurangan gizi," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Palu Indrawati dihubungi di Palu, Kamis (11/8).
.
Ia menjelaskan, ibu hamil KEK dapat dilihat dari hasil pengukuran lengan, jika lingkar lengan atas (LiLA) tidak lebih dari 23,5 centimeter berisiko kekurangan energi dan dampak ditimbulkan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan janin.
 
Karena itu, upaya dilakukan Dinkes saat ini melakukan pendampingan dengan pemberian vitamin, tablet tambah darah serta pemenuhan asupan gizi melalui makanan tambahan yang melibatkan petugas kesehatan Puskesmas.
 
"Kami berupaya pencegahan tidak hanya melihat 1.000 hari pertama kehidupan, tetapi dimulai dari wanita usia remaja, lalu beranjak menjadi calon pengantin hingga proses kehamilan, sehingga pencegahan dini menjadi prioritas," tutur Indrawati.
 
Ia memaparkan, penanganan tengkes melibatkan multi sektor, sehingga strategi dilakukan Pemkot Palu saat ini menggunakan delapan aksi konvergensi, dan Dinkes bertanggungjawab pada aksi tujuh yakni pengukuran dan publikasi.
 
Lalu, intervensi secara spesifik dilakukan pada sektor kesehatan, Dinkes tidak hanya menyasar 33 lokus tetapi 46 kelurahan di Kota Palu. Ini dimasukkan agar begitu pencegahan lebih cepat dan efektif.
 
Indikator capaian keberhasilan penanganan tengkes merujuk pada dua sistem, yakni aplikasi elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPBGM) dan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI).
 
"Tahun 2021 prevalensi stunting Kota Palu berada di angka 23,9 persen atau masih di atas standar nasional 14 persen, sehingga diupayakan hingga 2024 prevalensi ini di bawa standar nasional," ucap Indrawati.
 
Ia menambahkan, menurut data e-PPBGM 1.221 balita di ibu kota Sulteng terkena stunting dari 22.400 lebih balita di Palu.
 
"Kami telah berkoordinasi dengan OPD-OPD pengampuh, dan penanganan dilakukan secara berkesinambungan. Pemkot sangat serius melakukan penanganan dibuktikan dengan Peraturan Wali Kota (Perwali) tentang pencegahan dan penanggulangan stunting," demikian Indrawati.