Petani Palu masih konsisten tanam padi dan jagung walau lahan menyusut

id Nur Laila, pertanian, dinas pertanian, Pemkotpalu, Sulteng, sawah, padi, jagung, tanaman pangan, pangan

Petani Palu  masih konsisten tanam padi dan jagung walau lahan menyusut

Ilustrasi- Petani di Sulawesi Tengah menggarap sawah secara tradisional menggunakan hewan ternak. ANTARA/Mohamad Hamzah

Palu (ANTARA) -
Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah mengatakan petani di daerah itu masih konsisten menanam komoditas tanaman pangan padi dan jagung walau kondisi lahan pertanian mengalami penyusutan.
 
"Meski pun lahan pertanian sudah berkurang tetapi petani masih tetap menanam walau produksi tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Kota Palu Nur Laila di Palu, Kamis.

Laila menjelaskan, ketersediaan lahan persawahan di ibu kota Sulteng sekitar 266 hektare dari sekitar 365 hektare berdasarkan data dari tahun 2019, yang dipicu alih fungsi lahan dan dampak bencana gempa 28 September 2018.
 
Menurut data Dinas Pertanian setempat, realisasi tanaman padi pada Januari-Agustus 2022 seluas 189 hektare dengan hasil produksi 178 ton gabah kering panen (GKP).

"Produksi tahun ini mengalami penurunan dibandingkan 2021 periode yang sama sekitar 250 ton, dan kami berharap di sisa waktu tiga bulan ke depan produksi petani lebih baik," ujar Laila.
 
Selain padi, katanya, petani setempat juga memproduksi komoditas jagung sub sektor tanaman pangan pada periode yang sama sekitar 103 ton jagung pipilan kering dari realisasi tanam 110 hektare.
 
Di bandingkan tahun sebelumnya di periode yang sama, petani memproduksi 216 ton pipinya kering dengan realisasi luas tanam 156 hektare, terjadi penurunan produksi sekitar 113 ton.
 
"Jagung dan padi masih menjadi komoditas andalan petani di daerah ini. Hasil panen mereka selain dijual ada pula di konsumsi sendiri," ucap Laila.
 
Ia menambahkan, selain kendala penyusutan lahan, tahun ini Kota Palu tidak mendapat bantuan benih bersumber dari APBN untuk kegiatan pertanian, karena daerah itu tidak memiliki lahan 25 hektare sebagaimana yang disyaratkan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam satu hamparan khusus tanaman jagung, karena skema dibangun terintegrasi dengan sub sektor hortikultura dan perkebunan.
 
Lalu, dari sisi tanaman padi, petani di daerah itu belum siap menerapkan program Indeks Pertanaman 400 (IP400) dalam setahun melakukan panen empat kali, yang biasanya hanya tiga kali panen.
 
"Setelah kami melakukan komunikasi dengan Pemerintah Pusat, tahun 2023 nanti Kota Palu kembali mendapat bantuan benih, dan kami mengupayakan melalui tim penyuluh pertanian di lapangan program IP400 bisa terwujud," kata Laila.