Lebih Dari 36 Ribu Tewas Dalam Konflik Suriah

id suriah, damaskus, mortir

Lebih Dari 36 Ribu Tewas Dalam Konflik Suriah

Seorang warga Suriah yang berdoa memohon agar konflik dihentikan. (Reuters / Z. Bensemra)

Beirut - Lebih dari 36 ribu orang tewas sejak pemberontakan terhadap pemerintah di Suriah dimulai pada Maret 2011, dengan rata-rata 165 orang tewas setiap hari sejak 1 Agustus, kata lembaga swadaya masyarakat pada Rabu.

Sebagian besar korban tewas berasal dari kalangan warga, yaitu sekitar 25.667 orang, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, yang juga memasukan kelompok bukan tentara, yang berperang melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad, dalam kategori itu.

Sisanya berasal dari kalangan militer, yaitu sekitar 9.044 prajurit pemerintah dan 1.296 prajurit yang membelot untuk bergabung dengan pemberontakan.

"Selain itu, kami juga telah mendokumentasikan kematian 439 orang yang lain yang identitasnya tidak dapat kami verifikasi," kata Direktur Observatorium Rami Abdel Rahman.

Observatorium itu tidak memasukkan jumlah ribuan orang yang telah hilang dalam konflik karena sebagian dari mereka diduga berada di tahanan dan sisanya tewas. Data itu juga tidak termasuk ribuan milisi pro-rezim.

Agustus adalah bulan paling mematikan sepanjang konflik dengan 5.440 orang tewas. Sementara itu 4.985 orang tewas pada September dan 4.727 orang pada bulan Oktober.

Totalnya sekitar 15.152 orang tewas dalam tiga bulan terakhir atau rata-rata 165 orang tewas setiap hari.

Pada hari-hari tertentu, pertempuran sengit dan penembakan di sejumlah tempat di seluruh penjuru negara menyebabkan lonjakan tajam dalam jumlah korban tewas.

Namun hari paling berdarah sejak konflik yang telah berlangsung selama 19 bulan itu terjadi pada 26 September ketika 305 orang tewas.

Observatorium itu bergantung pada jaringan aktivis, pengacara dan petugas medis di rumah sakit militer dan sipil di dalam wilayah Suriah untuk menyusun data tersebut.

Pemberontakan dimulai sebagai protes pro-reformasi yang terilhami oleh Kebangkitan Arab, tetapi berubah menjadi pemberontakan bersenjata setelah pemerintah membubarkan unjuk rasa dengan brutal.

Kebanyakan pemberontak, sebagaimana warga, adalah Muslim Sunni di negara yang didominasi oleh rezim minoritas Alawi, sebuah cabang dari Islam Syiah.(G003/SKD)