Nelayan Donggala butuh alat tangkap ikan pascagempa

id nelayan

Nelayan Donggala butuh alat tangkap ikan pascagempa

Seorang nelayan harus berlari-lari menurunkan ikan dari kapal di tepi pantai untuk mengejar waktu sebelum ombak datang (FOTO:Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Saya mendengar langsung keluhan yang mereka sampaikan kepada saya. Intinya mereka butuh alat penangkap ikan
Donggala, Sulawesi Tengah,  (Antaranews Sulteng) - Sejumlah nelayan di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, membutuhkan alat penangkap ikan untuk menunjang kegiatan mereka pascabencana gempa dan tsunami di daerah tersebut.

"Saya mendengar langsung keluhan yang mereka sampaikan kepada saya. Intinya mereka butuh alat penangkap ikan," ucap Anggota DPRD Sulawesi Tengah Muh Masykur terkait pembangunan kesejahteraan korban gempa dan tsunami Donggala khususnya nelayan, Selasa.

Masykur mengemukakan pascabencana gempa dan tsunami sejumlah nelayan di Kabupaten Donggala mendesak pemerintah daerah segera mengupayakan program pemulihan terhadap nelayan. Khususnya bagi mereka yang kini tidak lagi memiliki alat tangkap.

Kondisi itu, merata di hampir seluruh wilayah kecamatan yang porak poranda disapu bersih tsunami.

Bencana tsunami yang menghantam beberapa kecamatan di Donggala pada Jumat 28 September 2018 petang berdampak kerusakan alat tangkap nelayan.

Seperti di wilayah pesisir Kecamatan Tanantovea, Sindue, Sindue Tobata, Sindue Tombusabora, Sirenja dan Banawa serta di beberapa wilayah lainnya, alat tangkap nelayan rusak total.

Dalam kondisi seperti itu mestinya sedapat mungkin pemerintah daerah bergerak cepat. Hal yang urgen segera dipastikan adalah penguatan data. Data menjadi sesuatu yang wajib dipastikan keakuratannya oleh pemkab.

Ketua Fraksi Nasdem di DPRD Sulteng itu menyebut nelayan kita saat ini butuh difasilitasi alat tangkap agar dapat memiliki sumber penghasilan dan secara perlahan menata kehidupan baru. Sebab, rumah hancur dan kini hidup di tenda pengungsian.

Sementara itu, Abdullah, salah satu nelayan Desa Lero Kecamatan Sindue mengaku akibat gempa dan tsunami rumah dan alat tangkap yang dimilikinya hilang tanpa bekas. Tidak ada lagi yang tersisa.

"Kini saya dan keluarga harus memulai dari nol lagi. Harus bertahap memang. Tidak bisa tidak mesti dilalui. Tinggal kuncinya ada di pemerintah daerah. Jika ditanya apakah kami sudah siap bekerja dan kembali melaut, kami jawab iya karena mau sampai kapan kami begini," akui Dullah, sapaan akrab Abdullah.

Bagi Dullah bencana alam Jumat petang itu menyisakan banyak cerita duka selamat dari terjangan tsunami dengan hanya baju di badan. Bersama keluarga kini hidup di tenda pengungsian Lapangan Sanggola, Dusun 01 Pompaya, Desa Lero.

Hal yang sama juga dialami Aspar. Aspar merupakan salah satu nelayan dari Desa Tanjung Padang Kecamatan Sirenja. "Jangankan rumah, perahu, mesin ketinting serta perlengkapan alat tangkapnya tidak terselamatkan. Syukurlah alhamdulilah kami masih selamat dari bencana kemarin," sebut Aspar.

Masykur mendesak Pemkab Donggala ?gerak cepat fokus kerja pemulihan ekonomi warga korban. Hal demikian dimaksudkan agar dapat menjadikan ekonomi warga mulai tumbuh kembali.