Realisasi investasi di Sulteng terus tumbuh

id Investasi di Sulteng

Realisasi investasi di Sulteng  terus tumbuh

Kepala BPKM RI, Bahlil Lahidia saat meresmikan gedung baru Dinas Penanaman Modal Daerah Sulteng di Palu, Rabu. (ANTARA/HO-Humas Pemprov Sulteng)

Palu (ANTARA) - Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Sulawesi Tengah, Christina Sandra Tobondo mengatakan, realisasi investasi di Sulawesi Tengah terus mengalami peningkatan pesat dari tahun ke tahun.

"Pada 2018 realisasi investasi kita sebanyak Rp21,7 triliun, kemudian naik menjadi Rp31,5 triliun pada 2019, dan 2020 kita targetkan akan mengalami kenaikan signifikan," kata Christina di Palu, Kamis, menanggapi peluncuran Mal Pelayanan Publik dan pengresmian gedung baru dinas yang dipimpinnya.

Ia optimistis dengan peluncuran Mal Pelayanan Publik dan gedung baru tersebut dapat memberikan layanan bagi calon investor semakin baik.

Christina mengatakan tahun 2020 target realisasi yang ditetapkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebesar Rp24,20 triliun atau meningkat dibanding tahun 2019 realisasi mencapai 156,9 persen dari target Rp20,08 triliun.
.

"Realisasi dari tahun ke tahun terus melampaui target dari yang ditetapkan BKPM RI. Setiap tahun realisasi investasi kita selalu tertinggi di kawasan timur Indonesia," katanya.

Sementara itu realisasi investasi pada 2020 hingga Maret sebesar telah mencapai Rp6,13 triliun dari target sebesar Rp24,20 triliun. Jika dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi pada triwulan I/2020 meningkat sebesar 66,57 persen.

Christina mengatakan pada Januari-Maret 2020 sebanyak lima negara di Asia masih mendominasi investasi di Sulawesi Tengah, dengan realisasi investasi penanaman modal asing sebesar Rp4,97 triliun.

Republik Rakyat Tiongkok menempati posisi pertama sebesar Rp3,04 triliun atau sebesar 61,24 persen, sementara Singapura merupakan negara di urutan kedua yakni sebesar Rp943,40 miliar (18,97 persen), disusul Hongkong RRT Rp918,63 miliar atau 18,47 persen, Sri Lanka Rp21,45 miliar atau 0,43 persen dan Jepang sebesar Rp15,49 miliar atau 0,31 persen.