Tokoh Golkar : Doktrin Partai Sudah Bergeser

id murad, nasir

Tokoh Golkar : Doktrin Partai Sudah Bergeser

Murad U Nasir (kanan) ((Foto: Adha Nadjemuddin))

Doktrin Golkar itu adalah ikrar Pancabakti. Setia pada Pancasila, kesetiakawanan, membangun, pembaharuan. Ini yang bergeser
Palu,  (antarasulteng.com) - Tokoh senior Partai Golkar asal Sulawesi Tengah Murad U Nasir mengatakan doktrin partai yang ia geluti cenderung sudah diabaikan sehingga mengalami pergeseran nilai mengakibatkan para penghuni partai itu pecah.

"Doktrin Golkar itu adalah ikrar Pancabakti. Setia pada Pancasila, kesetiakawanan, membangun, pembaharuan. Ini yang bergeser," katanya di Palu, Rabu.

Mantan anggota DPR RI 2009-2014 daerah pemilihan Sulawesi Tengah itu mengatakan karena doktrin Golkar yang bergeser tersebut sehingga posisi Golkar yang selalu komitmen dalam berkarya untuk bangsa juga akhirnya mengalami pergeseran.

"Dulu, Golkar bagaimana menghadang PKI, pembela Pancasila terdepan dan melakukan inovasi karya untuk bangsa. Tapi kelihatannya sudah bergeser," katanya.

Menurut mantan Ketua DPRD Sulawesi Tengah itu untuk menguatkan kembali komitmen Golkar dalam berbangsa maka syarat-syarat menjadi pengurus Golkar harus dikembalikan.

Syarat tersebut kata dia, kader berprestasi, berdedikasi tinggi, disiplin tinggi, loyalitas tinggi dan tidak tercela.

"Sekarang yang tidak disiplin ada masuk. Ada bekas koruptor, juga masuk. Tidak bayar pajak, masuk," katanya.

Ia mengatakan sebagian orang masuk Golkar karena orientasinya yang bergeser, sehingga masuk Golkar untuk mempertahankan kekuasaannya.

Ia mengatakan ide-ide dasar pembentukan Golkar yang mengalami pergeseran tersebut mengakibatkan masuk di partai bukan lagi berorientasi mengabdikan diri untuk bangsa.

"Sekarang kita bagaimana bisa hidup di partai. Bisa mengatur sentra-sentra ekonomi di partai. Jangan heran kalau partai itu dihuni para pemilik modal," katanya.

Murad mengatakan politik menguasai ekonomi melalui kekuatan partai politik merupakan ciri politik primitif di negara-negara berkembang.

"Contoh, dulu, saya kontraktor. Ke sana kemari mengemis minta proyek. Dari pada saya mengemis mendingan saya masuk partai. Di sana saya bisa mengatur," katanya.

Hal itulah kata dia, embrio yang ikut merusak citra perjuangan partai politik di dalam negeri.(skd)