HPI: Pendapatan Sektor Pariwisata Touna Masih Rendah

id hpi

HPI: Pendapatan Sektor Pariwisata Touna Masih Rendah

Himpunan Pariwisata Indonesia (ist)

Palu,  (antarasulteng.com) - Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Tojo Una-una (Touna), Saiful Hulongo mengatakan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata di daerahnya masih rendah.

"Ini tidak sebanding dengan biaya promosi dan pembangunan infrastruktur," kata Saiful yang dihubungi dari Palu, Selasa.

Saiful mencontohkan untuk kegiatan Festival Togean yang dilakukan setiap tahun, menghabiskan anggaran sekitar Rp850 juta, di luar pembangunan infrastruktur.

Menurut Saiful, PAD dari sektor pariwisata yang diraup Pemerintah Kabupaten Touna hanya berkisar Rp300 juta. Itu pun, kata dia, lebih besar didapatkan dari retribusi perparkiran.

"Sementara kontribusi dari pajak cottage, resor, rumah makan, kos-kosan itu bagaimana," katanya.

Selain itu, kata Saiful, sejak tidak beroperasinya PT Walea di tahun 2015, Pemkab Touna semakin kehilangan PAD sekitar Rp200 juta setiap tahunnya.

"Mereka tidak membayar lagi sejak 2015 dan 2016, karena tidak lagi beroperasi, kalah dalam gugatan melawan Pemda Touna," ungkapnya.

Menurut Saiful, salah satu indikator berkembangnya pariwisata di suatu daerah dilihat dari besaran PAD yang didapatkan dari sektor tersebut.

"Bagaimana dikatakan berkembang, kalau PAD-nya saja rendah," ujarnya.

Saiful juga menyayangan ketegasan Pemda dalam menangani pengusaha-pengusaha di sektor pariwisata yang nakal, misalnya tidak membayar retribusi atau pajak pariwisata bahkan sebagian menyembunyikan pendapatan yang mereka dapatkan setiap tahun.

Secara terpisah Kepala Dinas Pendapatan dan Aset Daerah Touna, Fery Shabu membenarkan bahwa PAD di sektor pariwisata terbilang rendah karena pengelolalan yang belum maksimal.

Untuk menaikan PAD di bidang parawisata, kata Ferry, instansi terkait harus memiliki data yang akurat.

Ia mencontohkan soal data jumlah para turis yang berkunjung di cottage, resor dan lain sebagainya. Karena dengan data tersebut, pihanya dapat menarik pajak dari sektor tersebut.

"Ini belum terkelola dengan baik sehingga para pemilik cottage saat ditanya berapa jumlah turis yang datang mereka justru menyembunyikan karena mereka tidak ingin dikenakan pajak," kata Ferry.