Palu, (antarasulteng.com) - Peneliti Fakultas Pertanian Universitas Tadulako (Untad) Palu, Sulawesi Tengah, berhasil mengembangkan terung tanpa biji.
Dekan Faperta Untad Prof Ir Zainuddin di Palu, Minggu menjelaskan, penelitian itu dilakukan mahasiswa pascasarjana Faperta Untad di bawah bimbingannya langsung.
Hipotesis awal penelitian ini adalah apakah dapat membuat jenis tanaman terung tanpa biji.
"Jangan hanya kita berpikir kalau orang lain mampu melakukan itu, tetapi kita tidak mampu melakukannya," katanya
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tentunya didasarkan kemampuan mendesain penelitian dan menentukan jenis tanaman yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Setelah melihat penelitian sebelumnya, maka ditentukanlah tanaman terung sebagai tanaman uji. Selain siklus tumbuh sampai berbuah hanya empat bulan, tanaman tersebut juga memiliki biji yang banyak dalam satu buah.
"Penelitian dilakukan masih skala di dalam pot," ujarnya.
Setelah masuk dalam tahapan pembentukan bunga yang akan menjadi buah, bunga terung kemudian diaplikasikan atau disuntikan sejenis hormon pengatur tumbuh untuk menekan atau mencegah pembentukan biji.
"Dalam penelitian, dilakukan beberapa perlakukan jumlah hormon yang disuntikan serta dibuat pula satu perlakuan tanaman tanpa diberikan hormon atau tanaman control," ungkap Zainuddin.
Hasilnya, kata dia, hipotesis atau dugaan awal tersebut dapat terjawab. Dengan memasukan bahan kimia pada jumlah tertentu saat proses pembentukan bunga, akan menghambat pembentukan biji, setelah bunga nantinya menjadi buah terung.
"Hasilnya terung yang tidak diberikan hormon, satu buah terung menghasilkan sekitar 221 biji. Sementara yang diberikan hormon tidak menghasilkan biji sama sekali atau nol biji," ujarnya.
Namun Zainudin mengakui, dalam riset tersebut juga memiliki kelemahan, yakni ukuran buah terung menjadi lebih kecil dari ukuran normal.
"Penelitian ini yang pertama kalinya dilakukan di Fakultas Pertanian Untad. Dulu kita hanya melihat produk-produk buah tanpa biji dan kita tidak pernah mencoba untuk melakukan penelitian tentang itu," katanya.
Terkait dengan ukuran buah yang kecil, bagi profesor di bidang pemuliaan tanaman itu sangat mudah untuk dikembalikan ke ukuran normal.
"Namanya proses pertumbuhan itu dapat diatur, dari yang kecil kita bisa atur menjadi besar, dari yang memiliki biji bisa diatur menjadi tidak memiliki biji," katanya.
Menurut Zainuddin, riset tersebut mempunyai potensi yang besar untuk dikomersilkan dan mempunyai nilai manfaat besar bagi masyarakat. Pihaknya akan terus mencoba pada jenis tanaman lain, yang dikembangkan tanpa biji.
"Pada prinsipnya bahan kimia tersebut dapat didapatkan masyarakat secara umum. Dan kami sangat menyakini, masih banyak jenis tanaman lainnya bisa dibuat tanpa biji," kata Zainuddin.
Berita Terkait
Brida Sulteng dan Untad sinergi lakukan riset hilirisasi nikel
Rabu, 8 Mei 2024 14:24 Wib
Golf Senior bawa misi persahabatan-peningkatan koneksi negara ASEAN
Rabu, 8 Mei 2024 13:12 Wib
1.500 unit rumah warga Kabupaten OKU terendam banjir
Rabu, 8 Mei 2024 13:04 Wib
BPJS Kesehatan Cabang Palu wujudkan desa sehat lewat program "Pesiar"
Rabu, 8 Mei 2024 11:04 Wib
Swiatek merasakan tekanan dari padatnya jadwal turnamen Masters
Rabu, 8 Mei 2024 9:53 Wib
Gauff bersiap untuk meningkatkan pukulan servis di Roma
Rabu, 8 Mei 2024 9:52 Wib