Korban gempa Sulteng antre 24 jam dapatkan BBM

id Korban gempa Sulteng antre 24 jam dapatkan BBM,gempa palu

Korban gempa Sulteng antre 24 jam dapatkan BBM

Warga mengambil BBM dari mobil tangki di SPBU, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018). Gempa dan tsunami yang melanda wilayah Palu mengakibatkan warga kesulitan mendapatakan BBM. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pras.

Palu  (Antaranews.com) - Korban gempa bumi di Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi, Sulawesi Tengah mengantre hingga 24 jam untuk mendapatkan bahan bakar minyak di sejumlah SPBU di wilayah itu.

"Saya sudah antre sejak jam 10 pagi kemarin (Senin, 1/10). Hari ini (Selasa), sudah mau jam 12 siang kami belum terlayani juga," kata Adip Ridwan, warga Jalan Kedondong, Palu, Selasa.

Adip dan keluarganya saat ini mengungsi ke Birobuli, Palu Selatan, karena rumah keluarganya di Jalan Kedondong dan Palola rusak berat sehingga tidak layak lagi dihuni.

Untuk memenuhi kebutuhan transportasi dan penerangan listrik, Adip terpaksa harus mengantre di SPBU Tanah Runtuh karena dari sejumlah SPBU di Kota Palu hanya SPBU itu yang melayani penjualan yang itupun dengan jumlah terbatas.

Selama menunggu antrean, Adip dan ratusan pengantre lainnya terpaksa makan dan tidur di dekat SPBU, sebab jika meninggalkan lokasi dipastikan akan memulai lagi dari awal antrean tersebut.

Antrean panjang tersebut terjadi karena pasokan bahan bakar minyak (BBM) dari provinsi tetangga belum tiba sehingga pelayanan terhenti.

"Kemarin katanya minyak akan tiba dari Gorontalo pukul 21.00 WITA. Informasi berubah lagi ke pukul 24.00. Tapi sampai menjelang siang ini minyak belum juga tiba," katanya.

Hal yang sama juga dirasakan Dirwan, warga Kabonena. Dia bahkan mengikuti antrean di SPBU sudah lebih dari 24 jam.

"Kalau tidak ada BBM, maka kita tidak bisa makan, karena harus menyedot air untuk pakai masak dan mencuci. Dan itu memanfatkan bensin," katanya.

Dia mengatakan, warga korban gempa ini sangat membutuhkan BBM, khususnya premium/pertalite untuk kebutuhan kendaraan dan penerangan.

"Bahan bakar sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok. Tidak ada BBM kita tidak bisa jalan cari yang lain untuk kebutuhan di pengungsian," katanya.

Dirwan mengatakan selain untuk mencari kebutuhan pokok selama di pengungsian, kendaraan juga digunakan mengangkut sebagian barang-barang penting yang masih bisa diselamatkan dari rumah ke tempat yang lebih aman karena umumnya rumah penduduk sudah rusak akibat gempa bumi.

"Harapan kami ke pemerintah bagaimana agar BBM bisa tersedia," katanya.

Pascagempa seluruh SPBU di Kota Palu berhenti beroperasi sehingga kebutuhan masyarakat akan BBM tidak terlayani.

Sebagian besar SPBU terpaksa dibongkar warga dan mengambil BBM yang masih tersisa di tangki-tangki penimbunan di SPBU tersebut.

Pengambilan BBM tersebut dilakukan warga dengan caranya sendiri seperti menimba menggunakan wadah botol. Sebagian dilakukan dengan cara menggunakan mesin penyedot. Warga kemudian antre memasang jerigen mereka untuk mendapatkan jatah BBM.

Sebagian SPBU seperti SPBU Tanah Runtuh dan SPBU Maluku sejak hari ketiga pascagempa akhirnya melayani masyarakat dengan jatah yang terbatas.

Kebutuhan BBM juga mendesak untuk pemerintah daerah karena kepentingan operasional seperti distribusi bantuan dan pencarian korban yang tertimbun bangunan atau tanah.