Ibu korban gempa Petobo belum temukan anaknya

id Petobo,Gempa

Ibu korban gempa Petobo belum temukan anaknya

Rachel Arnee Putri dan Aldo Ramdhan (Antaranews Sulteng/Facebook)

Palu,  (Antaranews Sulteng) - Seorang ibu korban gempa dan likuifaksi atau fenomena pencairan tanah dari Kelurahan Petobo Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, belum menemukan kedua anaknya.

"Salah belum dapat anak-ku, bantu saya mencari temukan anak-ku," ucap Henita Pangkey kepada Antara di Palu, Rabu.

Sampai hari ke-19 pascagempa dan likuifaksi di Kelurahan Petobo, Henita Pangkey belum mengetahui jelas kabar dan keberadaan dua anaknya Rachel Arnee Putri berusia 21 tahun dan Aldo Ramdhan 18 tahun.

Pada saat gempa 7,4 Skala Richter mengguncang Kelurahan Petobo yang disertai dengan likuifaksi Jumat 28 September 2018, Rachel Arnee Putri dan Aldo Ramdhan berada di tempat tinggal mereka, Jalan Tabaro, Petobo.

Mereka berdua lari bersamaan menyelamatkan diri keluar dari rumah dan jalan tersebut, menuju jalan poros H.M Soeharto.

Saat itu Henita Pangkey tidak sedang berada di rumah. Ia sedang bepergian keluar kota sehari sebelum peristiwa Jumat petang itu mengguncang Petobo.

"Saya mendengar kabar ada gempa dan lumpur, maka saya langsung balik ke Palu. Tetangga saya bilang bahwa anak saya Rachel dan Aldo bersama-sama lari ke Jalan H.M Soeharto," ujar Henita Pangkey.

Nita sapaan akrab Henita Pangkey melakukan pencarian dua anaknya tersebut ke lokasi-lokasi pengungsian, mulai dari perbatasan Kelurahan Petobo dan Desa Ngatabaru Kecamatan Biromaru Sigi, Desa Ngatabaru, Kelurahan Kawatuna, Lasoani, Kelurahan Duyu dan Pengawu.
Ia juga mencari ke lokasi pengungsian di Desa Parovo, Dusun Ranoropa Desa Loru, Desa Loru dan Desa Pombewe, namun hasilnya nihil.

"Saya bertanya ke orang-orang Petobo tentang kabar anak saya. Ada tetangga yang tinggal di Jalan H.M Soeharto mengaku bertemu dengan Rachel anak saya pada pukul 23.00 Wita, setelah gempa dan lumpur menghantam Petobo," sebut Nita.

Nita yakin dan optimis bahwa kedua anaknya selamat dari bencana alam yang menyimpan trauma mendalam kepada warga Petobo.

Keyakinan itu dikuatkan dengan adanya kabar yang diterima dari salah seorang warga Petobo yang mengaku bertemu dengan Rachel anaknya, di RS ?Bersalin ?Nasanapura Kelurahan Petobo, sekitar pukul 23.00 wita, Jumat 28 September 2018.

Ia terus berusaha mencari mengelilingi Kota Palu untuk menemukan dua anaknya itu. Sampai pada hari ke 10 pasgempa dan likuifaksi di Petobo, Nita mendapat kabar dari rekan Rachel bernama Rizki.

Dimana Rizki mengaku melihat rachel bersama tiga rekannya (dua perempuan dan satu laki-laki) berjalan dari simpang empat Jalan Touwa dan Basuki Rahmat. Empat remaja itu berjalan ke arah timur Jalan Basuki Rahmat persis ke arah Bandar Udara Mutiara Sis Aljufri Palu, sekitar pukul 23.00 wita pada tanggal 1 Oktober 2018.

"Saya pasrah dan terus bersabar dan tabah. Saya berdoa memohon kepada sang pencipta selamatkan anak-anakku," kata Nita.

Dalam daftar penumpang Palu tiba HND Pesawat A1318 pukul 16.32 wita tanggal 5 Oktober 2018 terdapat nama Aldo dan Rachel. Dalam daftar penumpang pesawat tersebut, Aldo berada di nomor urut 6 ?dengan tujuan penerbangan Makassar, sementara Rachel berada di nomor urut 117 tujuan penerbangan Jakarta.

"Saya suda mencoba hubungi mereka berdua, namun tidak dapat tersambung hingga saat ini," akui Nita.

Henita dan keluarganya tidak lagi memiliki tempat tinggal. Rumahnya hancur diguncang gempa dan dihantam lumpur likuifaksi di Kelurahan Petobo.

Mereka kini bertahan ditenda-tenda pengungsian, dengan menggantungkan harapan kepada pemerintah untuk membantu menyediakan tempat tinggal.

Kelurahan Petobo menjadi salah satu wilayah terparah, saat gempa dan lumpur likuifaksi menghantam wilayah itu Jumat petang.

Di perkiran ribuan rumah warga tertimbun lumpur. Berdasarkan data Basarnas area yang tertimbun lumpur atau area evakuasi kurang lebih seluas 2 kilo meter persegi.

Baca juga: Petobo pascagempa butuh pengamanan aparat

Baca juga: Pengungsi Petobo mulai terserang diare