Ribuan pelaku usaha pariwsata di Sulteng kehilangan pekerjaan

id Pariwisata,Destinasi wisata, bencana

Ribuan pelaku usaha pariwsata di Sulteng kehilangan pekerjaan

Pengunjung dan pedagang beraktivitas dikawasan wisata pantai yang rusak akibat gempa dan tsunami di Palu, Minggu (20/1/2019). Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menyebutkan, kerusakan objek wisata di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala sebagai daerah terdampak bencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi pada 28 September 2018 mencapai 30 persen dengan didominasi objek wisata buatan dan dengan kondisi rusak berat. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/pd.

Palu (Antaranews Sulteng) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mencatat kurang lebih 1.000 pelaku usaha di sektor industri pariwisata di provinsi itu kehilangan pekerjaan akibat bencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi pada 28 September 2018.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulteng I Nyoman Sariadijaya saat di hububgi, Minggu, mengatakan 1.000 pelaku usaha terdampak bencana itu adalah mereka yang terlibat usaha kuliner didestinasi wisata sepanjang Teluk Palu, akibatnya mereka kehilangan mata pencaharian. 

Nyoman memaparkan, selain pelaku usaha, terdapat 11 hotel berbintang di Palu juga mengalami rusak berat, akibatnya 769 karyawan harus kehilangan pekerjaan.

"Saat ini pemerintah tengah mencari solusi bagaimana bisa memberdayakan mereka yang terdampak agar bisa kembali menjalankan usaha mereka," ujarnya. 

Menurut dia, penanganan pemulihan pascabencana dibidang usaha pariwisata harus ditangani lintas sektor, karena bukan hanya menjadi tanggung jawab Dinas Pariwisata semata. 

Kerusakan destinasi wisata didominasi wisata buatan di wilayah Kota Palu ibu kota Parovinsi Sulteng.

"Penanganannya harus dilakukan bersama-sama dengan dinas terkaif,  sehingga proses pemulihan cepat tertangani, " tambahnya. 

Berdasarkan data pihaknya, katanya, kerusakan destinasi dan amenitas atau fasilitas pendukung industri pariwisata yang tersebar di tiga daerah terdampak bencana yakni Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi sebesar 30 persen. 

Hingga kini, penerintah terus mendorong peningkatan sumber daya pariwisata kepada masyarakat dan pelaku industri pariwisata di destinasi yang terdampak bencana alam agar gangkit dari keterpurukan. 

Selain itu, urainya, upaya lain dilakukan yakni perbaikan sarana  destinasi pariwisata terdampak serta mendukung pengembangan pemasaran di objek-objek wisata yang tidak terdampak bencana.

"Kami harap upaya ini secepatnya bisa memulihkan kondisi industri pariwisata di tiga daerah tersebut, karena sektor pariwisata merupakan salah satu penopang pertumbuhan ekonomi daerah" tutur Nyoman.