Palu, (antarasulteng.com) - Lebaran adalah saatnya merayakan kemenangan bagi umat muslim usai menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.
Namun, di balik kebahagiaan selama hari raya tersebut, aparat
keamanan tetap bekerja keras menjaga ketenteraman masyarakat dengan
mewaspadai ancaman teror menjelang dan setelah lebaran.
Seperti halnya di Sulawesi Tengah, terorisme masih menjadi ancaman yang sewaktu-waktu bisa menyerang siapa saja.
Di Sulawesi Tengah terdapat Kabupaten Poso yang saat ini dikenal
sebagai daerah persembunyian Santoso, yakni buronan paling dicari aparat
karena merupakan pemimpin kelompok bersenjata di Poso selama beberapa
tahun ini.
Santoso diduga kuat terlibat serangkaian aksi teror di Kota Palu dan Kabupaten Poso beberapa tahun terakhir.
Kelompok sipil bersenjata yang dikomandoi Santoso itu menganggap
polisi sebagai musuh karena mereka menangkap rekan-rekannya. Bahkan
sejumlah terduga teroris di Kabupaten Poso tewas saat ditangkap karena
melakukan perlawanan.
Pada awal Juni 2013, sebuah aksi bom bunuh diri terjadi di Mapolres Poso yang menewaskan pelakunya sendiri.
Pelaku bom bunuh diri tersebut diduga kuat adalah salah satu anak buah Santoso.
Sebar foto
Selain terus melakukan perburuan, saat ini Polda Sulawesi Tengah
juga mengantisipasi kemungkinan masuknya empat narapidana teroris yang
kabur dari Lapas Tanjung Gusta Medan, Sumatera Utara, ke Kabupaten Poso.
Wakil Kepala Polda Sulawesi Tengah Kombes Pol Rudolf A Rodja mengatakan
pihaknya telah meminta foto empat narapidana yang kabur untuk disebarkan
ke beberapa polres yang ada.
Berdasarkan informasi yang digali di internet, kelompok Poso yang
dipimpin Santoso menyatakan siap menampung empat narapida teroris yang
kabur dari Lapas Tanjung Gusta Medan.
Empat teroris yang kabur dari Medan tersebut adalah
Fadli alias Acin alias Zaid alias Fernando alias Buyung alias Ade.
Fadli merupakan penasihat kelompok Mujahidin Indonesia wilayah
Sumatera Utara. Pria yang divonis 11 tahun penjara ini ditangkap di
Malaysia tiga tahun silam.
Selanjutnya Agus Sunyoto yang dihukum enam tahun penjara, Nibras alias
Arab yang dihukum enam tahun, dan Abdul Gani Siregar yang dihukum
sepuluh tahun.
Selain itu, foto 20 buronan pelaku kasus kekerasan Poso juga tetap
disebar kepada aparat agar orang yang masuk dalam daftar pencarian itu
dikenali.
Semua itu bertujuan untuk mempersempit ruang gerak pelaku kekerasan yang masih berkeliaran bebas.
"Kalau polisi dan masyarakat mengenali teroris, pasti ruang geraknya juga makin terbatas," katanya.
Waspada pelabuhan
Kepala Badan Intelijen Nasional Brigjen TNI Thamrin Marzuki saat
rapat koordinasi Operasi Ketupat 2013 di Palu juga meminta aparat
mengawasi pelabuhan-pelabuhan tradisional yang bisa menjadi pintu masuk
kelompok tertentu sambil membawa bahan peledak atau benda berbahaya
lainnya.
Saat ini pelabuhan kapal tradisional tersebut kurang mendapat
penjagaan dari petugas keamanan sehingga bisa saja dijadikan pintu masuk
ke Sulawesi Tengah.
Selain di Poso, polisi di Kota Palu juga mengantisipasi masuknya
teroris ke wilayahnya saat arus mudik atau arus balik lebaran 2013. Kota
Palu merupakan pintu masuk utama Sulawesi Tengah dari berbagai daerah.
Kepala Polres Palu AKBP Trisno Rahmadi mengatakan antisipasi itu
dilakukan dengan memperketat penjagaan pintu masuk ke Kota Palu, seperti
pelabuhan, bandara dan terminal.
"Kalau ada orang mencurigakan segera periksa," katanya.
Kapolres Trisno juga mewaspadai orang baru yang masuk ke Palu karena
ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah transit untuk menuju
ke berbagai daerah.
Saat para pendatang tiba di pelabuhan laut, petugas juga akan
melakukan razia guna mengantisipasi adanya bahan peledak yang dibawa
penumpang.
Menurut dia, Kota Palu dinilai masih merupakan daerah rawan aksi terorisme.
Beberapa waktu lalu Markas Polsek Palu Selatan ditembaki orang tak
dikenal. Meski tidak menimbulkan korban, aksi tersebut membuat aparat
kepolisian meningkatkan kewaspadaan.
Pada Mei 2011, dua anggota polisi yang sedang bertugas di sebuah
bank di Kota Palu ditembaki oleh kawanan teroris hingga meninggal dunia.
Secara keseluruhan Polda Sulawesi Tengah mengerahkan personel
sekitar 1.500 orang yang tersebar di 10 kabupaten dan satu kota.
Pada saat rapat koordinasi Polda Sulawesi Tengah menyatakan akan
mengerahkan 1.250 personel namun pada saat apel gelar pasukan jumlah
aparat disebut mencapai 1.500 orang. Jumlah itu belum termasuk TNI serta
aparat pendukung lain yang jumlahnya mencapai 2.025 orang.
Kondisi tersebut bisa diartikan aparat keamanan menaruh perhatian
besar demi terciptanya keamanan dan ketertiban selama lebaran.(SKD)
Berita Terkait
Pengamat ingatkan Polri gali sebab 7 orang gabung kelompok teroris JI
Jumat, 19 April 2024 6:52 Wib
Densus tangkap tujuh anggota kelompok teroris JI di Sulteng
Kamis, 18 April 2024 9:43 Wib
Akademisi UIN: Masalah terorisme di Sulteng perlu segera dituntaskan
Kamis, 18 April 2024 6:09 Wib
Kapolda Sulteng benarkan Densus-88 tangkap tujuh orang terlibat JI
Rabu, 17 April 2024 15:35 Wib
Rusia sebut Badan Keamanan Ukraina harus dinyatakan organisasi teroris
Rabu, 27 Maret 2024 15:15 Wib
Serangan teroris di gedung konser dekat Moskow tewaskan 60 orang
Sabtu, 23 Maret 2024 9:59 Wib
Densus kembali tangkap dua terduga teroris di wilayah Jawa
Rabu, 31 Januari 2024 14:59 Wib
Terduga teroris di Tangerang dikenal sebagai sosok dermawan
Senin, 18 Desember 2023 8:22 Wib