Palu (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, Prof Dr KH Zainal Abidin MAg mengemukakan perayaan Idul Adha merupakan manifestasi ketulusan berkurban sebagai refleksi perjuangan Nabi Ibrahim bersama puteranya Nabi Ismail.
"Sekaligus memaknai nilai-nilai spiritual dari manasik haji," ucap Zainal Abidin di Palu, Rabu, terkait Idul Adha 1441 Hijriah atau 2020 Masehi.
Guru Besar Pemikiran Islam Modern IAIN Palu itu mengemukakan Idul Adha (Hari Raya Kurban) sejatinya merupakan kesinambungan "jalan kesalehan sosial spiritual" dari Idul Fitri.
"Jika Idul Fitri merupakan manifestasi kemenangan atas nafsu, maka Idul Adha merupakan manifestasi dari ketulusan berkorban," sebutnya.
Ia menyebutkan kedua hari raya tersebut bermuara pada nilai-nilai kepedulian, ketaqwaan dan kesalehan sosial berupa ketulusan memaafkan, pentingnya silaturahim dan etos berbagi yang disimbolkan dengan Zakat Fitrah pada Idul fitri dan daging kurban pada Idul Adha.
Keduanya berangkat dari panggilan iman dan berbuah kemanusiaan universal, terutama aktualisasi nilai-nilai hak asasi manusia.
Haji, kata dia, tidak hanya sebagai kewajiban dan rukun kelima dalam Rukun Islam, melainkan sebagai ibadah sosial.
Kerinduan kepada Allah dan Nabi menjadi unsur utama dalam menjalankan ibadah ini, di sinilah mereka dikumpulkan dari berbagai ras, etnik, suku dan bangsa.
Oleh karena itu ia mengatakan bangsawan dan rakyat jelata memakai pakaian yang sama, dan tidak ada yang istimewa. Perbedaan warna kulit tidak ada artinya.
Mereka pada waktu dan tempat yang sama melakukan ibadah kepada Sesembahan yang sama, yaitu Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak di sembah selain Dia.
Dia menjelaskan di antara makna sosial haji yang menghubungkan antara manusia dengan manusia lainnya sebagai makhluk sosial adalah penyadaran akan adanya kebhinekaan umat Islam.
Umat Islam saat ini telah tersebar di berbagai negara dan belahan dunia. Mulai dari negara paling barat hingga paling timur. Menurut dia, di antara umat Islam tersebut terdapat perbedaan atau keberagaman.
Mulai dari mazhab yang paling liberal sampai mazhab yang paling fundamental, aliran kiri maupun kanan, dan lain sebagainya. Karena berbagai perbedaan tersebut, umat Islam harus sadar bahwa kebhinekaan umat Islam itu tidak bisa dihindari, karena adanya perbedaan adat-budaya, pemahaman keislaman, tingkat intelektualitas, bahasa dan lain sebagainya.
"Kebhinekaan umat Islam merupakan sebuah realitas yang niscaya ada," kata dia.
Berita Terkait
DSLNG serahkan 17 ekor sapi kurban untuk Idul Adha 1444 Hijriah
Rabu, 12 Juli 2023 18:41 Wib
AP I: Di Bandara YIA ada lonjakan penumpang 59 persen saat Idul Adha
Kamis, 6 Juli 2023 13:18 Wib
Pantai Tanjung Karang ramai dikunjungi pengunjung saat liburan Idul Adha
Senin, 3 Juli 2023 10:12 Wib
Telaga Tambing jadi objek wisata favorit di musim libur Idul Adha
Senin, 3 Juli 2023 7:29 Wib
Pantai Tanjung Karang ramai pengunjung saat liburan Idul Adha
Minggu, 2 Juli 2023 11:54 Wib
Sigi: Masyarakat manfaatkan Idul Adha untuk perkuat persatuan
Sabtu, 1 Juli 2023 19:19 Wib
Wapres nyatakan masyarakat yang mampu jangan sampai tidak berkurban
Jumat, 30 Juni 2023 8:54 Wib
Korem 132/Tadulako serahkan 17 hewan kurban kepada panitia kurban
Kamis, 29 Juni 2023 20:27 Wib