Palu, (antarasulteng.com) - Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil
(PUPUK) dalam program Promoting Sustainable Comsumption and Production
Eco Friendly Rattan (Prospect) Indonesia, melatih puluhan petani pencari
rotan Sulawesi Tengah dalam teknik budidaya rotan dan pengelolaan
pascapanen.
Project Officer Prospect Indonesia Muhammad Arif Sutte mengemukakan
di Palu, Rabu, pelatihan yang melibatkan 54 petani pengumpul rotan dari
Kabupaten Sigi, Donggala, Parigi Moutong dan Kota Palu itu dilaksanakan
pada 25-27 Oktober 2014.
Tujuan utama pelatihan ini adalah menumbuhkan budaya budidaya rotan
bagi masyarakat kawasan hutan dan meningkatkan nilai ekonomi rotan bagi
kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan.
Perlatihan ini dirangkaikan dengan penanaman 1.500 bibit rotan di
kawasan hutan Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, serta
kunjungan pada usaha penggorengan rotan di Desa Bangga, Kecamatan Dolo,
kabupaten Sigi.
Project Direktor Prospect Indonesia Listoman Tanjung mengemukakan
bahwa Lembaga PUPUK dalam program Prospect Indonesia di Sulawesi Tengah
berkomitmen untuk mengambil bagian dalam pelestarian rotan dan hutan di
daerah ini dengan cara membudidayakan rotan.
"Rotan dapat menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat kawasan hutan
tetapi kalau pengambilan rotan sangat sulit didapatkan, ditambah dengan
harga rotan yang tidak memadai, maka yakin tidak akan ada minat
masyarakat untuk mencari rotan," ujarnya.
Selain tujuan ekologi yaitu penanaman rotan, Prospect Indonesia yang
didukung Uni Eropa juga memfasiltasi terbangunnya kerja sama bisnis
Kelompok Usaha Tani yang telah terbentuk dengan industri pengguna bahan
baku di Cirebon.
Selama ini, katanya, pengumpul rotan hanya menjual rotan mentah,
namun sekarang sudah dalam bentuk rotan asalan yang digoreng, sehingga
nilai tambahnya lebih besar.
Sementara Ketua Pusat Inovasi Rotan Nasional (Pirnas) Prof. Dr Andi
Tanra Tellu mengemukakan pengusahaaan rotan memiliki prospek yang cukup
baik, bukan hanya untuk industri kerajinan tetapi berbagai produk
seperti untuk obat dan kosmetik.
"Masalahnya, distribusi keuntungan dalam mata rantai pengusahaan
rotan belum adil karena margin yang didapatkan petani pencari rotan
kurang dari 3 persen. Salah satu sebabnya adalah kurangnya pemahaman
petani untuk menghasilkan rotan yang bermutu mulai dari proses panen
hingga pascapanen," ujar guru besar Universitas Tadulako Palu ini.
(skd)
Berita Terkait
Kerajinan rotan Suku Banggai di Banggai Kepulauan
Sabtu, 26 Agustus 2023 19:32 Wib
Pemkot Palu beri penguatan penerapan SOP bagi IKM bawang goreng
Rabu, 9 Agustus 2023 17:18 Wib
APRI: Ketentuan tentang rotan pada Permendag 2023 masih multi-tafsir
Kamis, 20 Juli 2023 16:39 Wib
Petani rotan di Kotim menjerit harga anjlok
Kamis, 30 Desember 2021 6:13 Wib
Usaha Mebel Rotan di Palu Tunggu Pandemi Reda
Selasa, 3 Agustus 2021 19:44 Wib
KPH Banawa Lalundu gandeng pelaku usaha pasarkan hasil hutan non-kayu
Rabu, 13 Januari 2021 12:20 Wib
KPH Banawa Lalundu: Pelaku usaha harus budidayakan rotan
Selasa, 12 Januari 2021 16:48 Wib
BPSKL Sulawesi bantu warga Poso olah rotan jadi sumber ekonomi
Senin, 16 November 2020 15:16 Wib