Pemkab Parigi Moutong jamin ketersediaan pangan setiap tahun

id Wahyuni Borman, ketahanan pangan, beras, bahanpangan, Parigi Moutong, sulteng

Pemkab Parigi Moutong  jamin ketersediaan pangan setiap tahun

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Parigi Moutong, Sitti Wahyuni Borman. ANTARA/Moh Ridwan

Parigi (ANTARA) -
Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, setiap tahun menjamin ketersediaan pangan utama khususnya komoditas beras di kabupaten itu.

"Tahun 2020 ketersediaan beras sebagai pangan utama sebanyak 195.980 ton, dibandingkan tahun 2019 hanya sebesar 172.176 ton. Artinya ketersediaan pangan meningkat," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Parigi Moutong Sitti Wahyuni Borman, di Parigi, Rabu.

Dia menjelaskan, Parigi Moutong merupakan salah satu lumbung beras Provinsi Sulteng, sehingga ketersediaan pangan di kabupaten tersebut setiap tahun selalu memadai, bahkan hasil produksi pangan melebihi target atau surplus.

Berdasarkan data Neraca Bahan Makanan ketersediaan (NBM ketersediaan), tahun lalu tercatat jumlah konsumsi penduduk mencapai 60.102 ton dan angka surplus kurang lebih 135.878 ton per tahun.

Angka ini jika dibandingkan dua tahun lalu, mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana sebelumnya jumlah konsumsi hanya sebesar 56.970 ton per tahun dengan surplus sebesar 115.206 ton.

"Ketersediaan pangan pada komoditas beras yang cukup melimpah tidak terlepas dari peran petani, yang selama ini menggenjot hasil produksi mereka, dan hasilnya sangat positif," ujar Wahyuni.

Dikemukakannya, konsumsi bahan makanan oleh masyarakat biasanya disesuaikan dengan budaya setempat, seperti mengonsumsi pangan selain nasi, dianggap belum makan.

"Kebiasaan masyarakat di Parigi Moutong, kata makan dititikberatkan pada makanan berat seperti nasi," kata Wahyuni.

Karena itu kata dia, bahan pangan utama komoditas beras sangat menjadi kebutuhan dasar masyarakat. 

Selain itu, pemerintah juga mendorong penganekaragaman pangan atau diversifikasi pada bahan pangan lokal, seperti jagung, ubi, daging, ikan dan sebagainya agar masyarakat tidak terpaku terhadap satu jenis makanan pokok, sebagaimana tujuan program nasional penganekaragaman pangan.

"Kami juga mendorong program obor pangan lestari (Opal) yang memanfaatkan lahan pekarangan rumah sebagai upaya untuk memenuhi gizi masyarakat baik itu sumber protein nabati maupun hewani," kata Wahyuni.