Semarang (antarasulteng.com) - Darwati (23) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, berhasil meraih gelar sarjana administrasi niaga Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang.
"Memang sejak lulus sekolah menengah atas (SMA) saya ingin kuliah, namun terhambat biaya. Makanya, saya memilih bekerja dulu," kata gadis kelahiran 20 Februari 1992 itu, di Semarang, Kamis.
Di sela mengikuti prosesi wisuda di Kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang, gadis berparas ayu putri pasangan Sumijan dan Jasmi itu menceritakan awal dirinya bekerja di Jakarta.
Selepas lulus dari SMA Muhammadiyah 5 Todanan, Darwati memutuskan merantau ke Jakarta untuk bekerja, namun belum genap seminggu kembali pulang ke kampung halaman karena tidak kerasan.
"Setelah itu, saya sempat ikut kerja berjualan es campur di kampung. Ya, kira-kira tiga minggu saya kerja di sana, namun belum sempat gajian karena saya keburu pindah kerja," katanya.
Ia mengakui pemilik usaha es campur itu sebenarnya baik dan tidak merelakan dirinya pindah, namun sudah ada tawaran bekerja sebagai PRT di keluarga drg Lely Atasti Bachrudin, di Grobogan.
Darwati mengaku teringat betul mulai bekerja sebagai PRT di keluarga dokter gigi itu pada 16 Agustus 2010, dan ketika itu masih belum terbayang kelak akan bisa meneruskan pendidikan sampai sarjana.
"Suatu waktu, saya nggremeng (bergumam, red.) ingin kuliah. Mungkin didengar sama Bapak (majikan, red.). Beberapa hari setelah itu, Bapak tiba-tiba bilang saya boleh nyambi kuliah," ungkapnya.
Diceritakan, majikannya kala itu mengatakan jika ayahnya dari desa baru saja menemui sang majikan dan menyampaikan keinginan Darwati berkuliah, dan majikannya ternyata mengizinkan.
"Saya langsung semangat mencari informasi perguruan tinggi sampai akhirnya memilih di Semarang. Saya sisihkan sebagian gaji. Ternyata, bapak saya tidak pernah menemui beliau (majikan, red.)," kenangnya.
Untuk berangkat kuliah, ia harus menempuh jarak kurang lebih 50 kilometer yang dilakoninya dengan menumpang bus, meski terkadang menumpang kawannya yang kebetulan berasal dari Grobogan.
"Kadang, saya diminta menemani anaknya Bapak (majikan, red.) yang tinggal di Semarang. Jadi, sekalian menginap di sini. Ya, begitu. Saya ke Semarang, ya, kalau ada jadwal kuliah," katanya.
Selama menjalani kuliah, ia mengaku kerap mendapatkan ejekan dari sejumlah kawannya karena pekerjaannya sebagai PRT, namun dirinya tidak menggubris dan tetap bersemangat mengejar mimpinya.
"Yang mengejek, ya pasti ada, namun saya anggap angin lalu. Untuk dana, saya sisihkan uang gaji, kadang saya pinjam teman, kadang juga diberi uang saku sama Bapak (majikan, red.)," katanya.
Kini, Darwati berhasil mewujudkan mimpinya meraih gelar sarjana dan mampu membanggakan kedua orang tuanya, bahkan sanggup meraih indeks prestasi komulatif (IPK) 3,68 atau cumlaude. (skd)
Berita Terkait
Muhaimin ungkap banyak sarjana yang menganggur
Kamis, 8 Februari 2024 16:39 Wib
Negara ini butuh sarjana keadilan
Senin, 6 November 2023 14:37 Wib
Program magang Kampus Merdeka bisa mempercepat sarjana mendapat pekerjaan
Selasa, 8 Agustus 2023 18:00 Wib
Puluhan PMI di Singapura raih gelar sarjana di UT
Jumat, 21 Juli 2023 6:29 Wib
ISNU Jatim harus perkuat jejaring internal dan eksternal
Minggu, 14 Mei 2023 9:59 Wib
Pemkab Sigi bantu biaya pendidikan warga tak mampu hingga sarjana
Senin, 24 Oktober 2022 20:46 Wib
Rachmat Gobel: Sarjana baru sebagai cahaya dan energi bangsa
Senin, 31 Januari 2022 6:53 Wib
Malonge, sarjana pertama dari Komunitas Adat Terpencil Tombiobong
Senin, 31 Mei 2021 14:05 Wib