BI prediksi produksi pangan Sulteng menurun pada 2019

id Pasigala,Sandi,Palu,Sulteng,BI,BI Sulteng

BI prediksi produksi pangan Sulteng menurun pada 2019

Warga berbelanja berbagai kebutuhan pangan pada gelaran pasar murah di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (17/12/2019). Pasar murah yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah berkerja sama dengan sejumlah BUMN, distributor, ritel modern serta UKM tersebut guna membantu masyarakat mendapatkan produk dengan harga lebih murah dibandingkan harga pasar sekaligus dalam rangka menjaga kestabilan harga jelang Natal dan Tahun Baru. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/foc.

Palu (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memprediksi produksi tanaman pangan dan holtikultura di Sulawesi Tengah menjelang Natal hingga penghujung tahun 2019 mengalami penurunan.

"Penurunan jumlah produksi dipengaruhi oleh curah hujan yang meningkat dan infrastruktur pertanian seperti irigasi yang belum optimal," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng, Abdul Majid Ikram saat memberikan keterangan pers kepada sejumlah jurnalis di Kantor Perwakilan BI Sulteng di Palu, Selasa.

Ia menerangkan penurunan produksi terjadi pada beberapa komoditas tanaman pangan dan holtikultura, yakni beras, bawang merah, cabai besar, rawit dan ikan segar. 

Untuk bawang merah, cabai besar dan cabai rawit, kondisi tersebut masih tergolong aman dikarenakan prakiraan stok yang tersedia masih melebihi kebutuhan masyarakat. 

"Begitu pula dengan kondisi beras yang disokong oleh stok beras Perum Bulog (Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik) yang mampu memenuhi kebutuhan hingga 5,2 bulan ke depan," sebutnya.

Sementara ketersediaan ikan segar, lanjutnya, akan kembali meningkat selepas masa terang bulan berakhir dan kondisi laut kembali kondusif.

Olehnya ia mengimbau masyarakat agar menerapkan dan menjaga pola konsumsi bijak agar tidak berdampak pada naiknya nilai inflasi komoditas-komoditas tersebut yang dapat berakibat harga jualnya naik.

Berdasarkan survei pemantauan harga yang dilakan BI Sulteng pada minggu ke 2 bulan Desember di sejumlah titik, masih terdapat beberapa sumber tekanan inflasi khususnya dari komoditas volatile food seperti beras, daging, telur ayam ras, bawang merah, dan gula pasir. 

"Sedangkan untuk komoditas daging sapi, minyak goreng, ikan kembung, ikan tongkol dan hortikultura lainnya sedang mengalami penurunan harga,"ujarnya.

Meski begitu, ia menyimpulkan menjelang Natal dan tahun dan tahun, inflasi Sulteng akan tetap terkendali dan diperkirakan akan mencapai target inflasi 3,5+1 persen secara tahunan atau year on year (yoy).