Memanjakan Nelayan Di Pelabuhan Perikanan Donggala

id ppi donggala

Memanjakan Nelayan Di Pelabuhan Perikanan Donggala

Menperin Saleh Husin dan Gubernur Sulteng Longki Djanggola membagi-bagikan es balok kepada nelayan di PPI Donggala, Rabu (17/11) (Antarasulteng.com/Basri Marzuki)

Hasanuddin Atjo: nelayan menentukan hasil tangkapan sesuai dengan es yang mereka bawa ke laut.
Palu (antarasulteng.com) - Sejumlah nelayan berlari-lari kecil memikul kotak putih styrofoam box berisi es balok yang sudah dihancurkan menuju kapal ikan yang siap berlayar di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala.

Mereka tampak bersukacita karena baru saja menerima bantuan es balok gratis langsung dari tangan Menteri Perindustrian Saleh Husin, Gubernur Sulteng Longki Djanggola, Bupati Donggala Kasman Lassa, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo dan Kadis Perindagkop Sulteng Abubakar Almahdali.

"Semua produksi perdana hari ini kami bagikan secara gratis kepada nelayan," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Kepelabuhanan Dinas KP Sulteng Agus Sudaryanto pada peresmian pabrik es balok berkapasitas 10 ton di PPI Donggala, Selasa (18/11).

Selanjutnya, es balok itu akan dijual kepada nelayan seharga Rp9.000/balok, jauh di bawah harga es balok di Kota Donggala yang mencapai Rp13.000/balok atau di Kota Palu Rp17.000/balok, karena mendapat subsidi pemerintah.

Sekitar 100 nelayan berkumpul di depan pabrik es bantuan Kementerian Perindustrian yang baru diresmikan tersebut dan langsung menggelar `pesta es balok` setelah satu persatu es balok dikeluarkan dari mesin lalu masuk ke penggilingan dan meluncurlah es ke kotak-kotak yang sudah disediakan untuk nelayan.

"Terima kasih pak sudah bantu kami. Ini sangat bermanfaat bagi kami. Es balok di sini kurang pak, makanya kami sering buang ikan di laut kalau lagi musim ikan," kata Dullah, seorang nelayan Donggala kepada Menperin dan Gubernur Sulteng.

Nelayan yang beroperasi di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala termasuk kelompok nelayan paling beruntung di Sulawesi Tengah karena begitu besarnya perhatian pemerintah menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas di pelabuhan tersebut.

"Beruntung sekali nelayan PPI Donggala ini, mereka betul-betul dimanjakan pemerintah. Kapal ikan dan perlengkapannya diberikan, dermaga pelabuhan diperluas, diberi atap lagi, pabrik es ada, stasiun pengisian bahan bakar siap, tempat pelelangannya luas dan bersih. Gudang pembekuan dan pendinginan tersedia, apa lagi kurangnya," kata seorang pejabat PPI Donggala.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo mengemukakan nilai investasi pemerintah di PPI Donggala sejak mulai dibangun pada 2006 telah mencapai Rp52 miliar.

Sarana dan fasilitas yang sudah terbangun saat ini adalah dermaga sepanjang 100 meter, dan sedang dalam penambahan 50 meter lagi, serta sebagian besar dermaga diberi atap agar kegiatan bongkar muat ikan tidak terkena langsung sinar matahari sehingga memperpanjang masa keawetan sehingga kualitasnya lebih terjamin.

Ada juga tempat pelelangan ikan, tempat prosesing ikan segar berskala mini (mini plant), gudang pembekuan ikan (air blast freezer), gudang pendinginan (cold storage), stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan, sarana air bersih, listrik, mess nelayan, koperasi, puskesmas pembantu dan kawasan untuk industri pengolahan ikan.

PPI Donggala memproduksi sekitar 3.000 ton ikan setiap tahun dengan nilai transaksi antara Rp45 sampai Rp55 miliar rupiah, sehingga menjadi pemasok ikan penting ke Kota Palu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menjaga stabilitas harga ikan guna mencegah inflasi.

"Kekurangannya adalah nilai tambah yang dihasilkan untuk nelayan di PPI ini masih rendah, karena hampir seluruh tangkapan dijual dalam bentuk gelondongan, termasuk ikan tuna," kata Hasanuddin Atjo melaporkan kepada Menteri Perindustrian Saleh Husin.

Tentukan produktivitas

Hasanuddin Atjo menegaskan bahwa ketersediaan es balok sangat menentukan produktivitas nelayan Donggala karena mereka menentukan volume ikan yang ditangkap berdasarkan jumlah es yang mereka bawa ke laut.

"Kalau volume es yang mereka miliki hanya dua ton, maka ikan yang ditangkap maksimal tiga ton. Kita kehilangan produksi (lossis) sekitar 40 persen karena bahan pengawet yang terbatas," kata Atjo.

Berdasarkan produksi ikan PPI Donggala yang mencapai 200 ton per bulan dari 250-an unit kapal, maka PPI Donggala masih kekurangan es balok sekitar 75 ton tiap bulan, sekalipun PPI itu kini telah memiliki pabrik es balok berkapasitas 15 ton setiap 24 jam.

DKP Sulteng terus berupaya meningkatkan sarana dan fasilitas di PPI Donggala karena PPI ini akan menjadi lokasi percontohan penerapan Sistim Logistik Ikan nasional (SLIN) mulai 2016. Karena itu, dengan dana Rp16 miliar, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun ini memperpanjang dermaga PPI menjadai 150 meter, membangun tempat tambat kapal kecil, dan memperluas lokasi industrialisasi hasil perikanan.

"Ini semua untuk mendorong percepatan program-program unggulan KKP yakni industrialisasi sektor perikanan tangkap dan memperkuat ketahanan pangan yang semuanya bermuara pada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan peningkatan kesejahteraan rakyat, khususnya nelayan dan masyarakat pesisir," ujarnya.

Menteri Perindustrian Saleh Husin di depan para nelayan PPI Donggala berharap pabrik ini akan mengurangi kesulitan nelayan dalam memperoleh es balok untuk mengawetkan hasil tangkapan sehingga kualitas ikan tetap tinggi dan harganya bagus.

Menurut dia, industri rantai pendingin merupakan salah satu prioritas dan andalan masa depan Indonesia. Strategi kebijaksanaan industri rantai pendingin diarahkan pada peningkatan kemitraan dan integrasi antara sisi hulu dan hilir sektor perikanan dalam meningkatkan jaminan pasokan bahan baku ke industri pengolahan hasil perikanan.

Data Kadin Indonesia mencatat target produksi perikanan nasional dalam lima tahun ke depan adalah 20 juta ton, di mana enam juta ton berasal dari laut dan 14 juta ton ikan budi daya dengan pertumbuhan PDB tujuh persen pertahun hingga 2019. Saat ini baru terdapat 38 industri pengolahan ikan yang memproduksi 350.000 ribu ton per tahun dengan target ekspor adalah 5 miliar dolar AS tiap tahun.

Untuk mencapai target itu, kata Menperin, industri es balok sangat penting karena industri pengolahan ikan masih dihadapkan pada masalah terbatasnya bahan baku ikan yang berkualitas akibat keterbatasan produksi es balok untuk memperpanjang masa simpan nelayan selama proses penangkapan di laut sampai pada pendaratan dan pengiriman ke tempat pengolahan ikan.

PPI Moderen

Kepala UPTD Pelabuhan Perikanan DKP Sulteng Agus Sudaryanto mengatakan dengan semakin memadainya sarana dan fasilitas di PPI Donggala akan mendorong pihaknya untuk menjadikan PPI Donggala sebagai pelabuhan perikanan modern di masa mendatang.

PPI Donggala yang melayani sekitar 2.000 nelayan dengan armada sekitar 250 kapal bertonase 5 sampai 30 GRT sudah menerapkan standar pelayanan mutu (ISO 9001) dalam menejemen mutu serta menerapkan sistem komunikasi online dalam berbagai aktivitas pelayanan kepada pemangku kepentingan dan mitra.

"Tahun 2013, PPI Donggala terpilih sebagai PPI terbersih di Indonesia serangkaian Hari Nusantara di NTB," ujarnya bangga.

Ia meminta komitmen para nelayan untuk meningkatkan produktivitas serta aktivitasnya menurunkan hasil tangkapannya di PPI Donggala, tidak lagi membongkar di pelabuhan lain atau pelabuhan perikanan di luar Sulawesi Tengah.

"Berbagai kemudahan yang disiapkan pemerintah untuk nelayan di PPI Donggala seyogianya semakin meningkatkan kesadaran nelayan akan kewajiban dan tanggung jawabnya meningkatkan produksi dan lebih aktif beroperasi di PPI Donggala, bukan di tempat lain," kata Agus.

Ia juga mengundang pengusaha untuk masuk PPI Donggala membangun industri pengolahan hasil perikanan yang bisa memberikan nilai tambah bagi nelayan dan daerah, sehingga ekonomi Kabupaten Donggala semakin menggeliat dengan dukungan sektor kelautan dan perikanan.

"Saya kira PPI Donggala saat ini merupakan lokasi investasi yang sangat menarik untuk industri pengolahan hasil perikanan karena sarana dan fasilitas cukup lengkap dan dekat dengan pasar karena lokasinya hanya 30-an kilometer dari Kota Palu," ujarnya. (R007/M026)