Tanri Abeng Luncurkan Buku BUMR Di Unhas

id tanri, abeng

Tanri Abeng Luncurkan Buku BUMR Di Unhas

Dr. Tanri Abeng (antaranews)

Makassar (antarasulteng.com) - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era Presiden Soeharto, Tanri Abeng, secara resmi meluncurkan buku terbarunya yang berjudul "Badan Usaha Milik Rakyat" di Gedung Rektorat Universitas Hasanuddin Makassar, Sulsel, Senin.

"Terdapat beberapa pokok penting yang saya jelaskan dalam buku ini khususnya masalah kondisi perekonomian di Indonesia," kata Tanri Abeng.

Dalam acara peluncuran buku itu juga dihadiri beberapa pihak diantaranya Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, Dr Muhammad Idrus Taba (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas), Zulkarnain Arief selaku Ketua KADIN Sulsel. 

Buku terbitan dari Elex Media Komputindo ini membahas dimensi baru dalam kerangka pembangunan ekonomi melalui pengembangan lembaga pelaku ekonomi baru yang disebut Badan Usaha Milik Rakyat (BUMR).

Adapun maksud dari BUMR ini sendiri, kata dia, merupakan sebuah konsep korporatisasi koperasi dan Usaha Mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"Koorporatisasi koperasi dan UMKM menjadi BUMR merupakan solusi terhadap kelemahan struktural koperasi, usaha kecil dan mikro untuk menjadi lembaga pelaku ekonomi yang memiliki posisi sejajar dengan badan usaha yang lain sesuai dengan strategi pemberdayaan ekonomi Pancasila," katanya.

Ia menjelaskan, kesejajaran ini tidak saja karena struktur dalam bentuk badan usaha yang sama (perseroan terbatas), namun juga memiliki posisi tawar untuk bersinergi dan bekerjasama.

Sebab, kata dia, BUMR itu memiliki skala ekonomi sesuai prinsip pengelolaan usaha yang efisien. Selain itu karena produksi disesuaikan dengan kebutuhan pasar atau industri pengguna bahan baku ang dusuplai oleh anggota BUMR sendiri.

Seperti Model BUMR yang dirumuskan di halaman 31 buku itu menggambarkan jika micro enterprises and small holders/producers yang tergolong UMKM, melalui kelompok-kelompok tani atau koperasi dapat langsung mengakses pasar dan pembiayaan melalui struktur korporasi BUMR.

"Dengan demikian, para penguaha mikro atau petani akan memperoleh jaminan pasar dengan harga pasar yang terjadi melalui negosiasisejajar antara BUMR dan industri atau usaha besar," katanya.

BUMR sebagai korporasi,kata dia, hanya bisa tumbuh dan berkembang jika dapat beradaptasi terhadap hukum bisnis yang fundamental. Business stars from market alias tidak ada pasar tidak pula ada bisnis.

Oleh karena itu, menurut dia, maka dengan pendekatan model BUMR haruslah diawali dengan pengelolaan pasar baik nasional dan internasional ataupun perdagangan sebagai usaha besar mengelola pasar yang dinamis.

"Perekonomian Indonesia terkesan cuma berputar di kalangan pengusaha-pengusaha, dan korporasi-korporasi yang besar yang mempekerjakan hanya sekitar 7 persen. Sebaliknya UMKM yang mempekerjakan sampai 107 juta manusia, atau 92,5 persen dari pekerja, itu tidak diuntungkan," ujarnya.