Pemberian makanan tambahan bentuk intervensi "stunting"

id Rochmat Jasin, dinkespalu, kesehatan ,stunting, tengkes, BMT, makanan tambahan, Sulteng

Pemberian makanan tambahan bentuk intervensi "stunting"

Ilustrasi - Wali Kota Palu Hadianto Rasyid (kiri) berbincang dengan seorang ibu yang menggendong anaknya saat peluncuran program Dapur Sehat Atasi Stunting di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (14/3/2023). ANTARA/Mohamad Hamzah

Palu (ANTARA) -
Dinas Kesehatan Kota Palu mengatakan pemberian makanan tambahan terhadap balita di ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu merupakan bentuk intervensi pemerintah sebagai upaya pencegahan stunting atau tengkes.


 


"Bantuan makanan tambahan untuk memperbaiki gizi anak, ini salah satu strategi Pemerintah Daerah (Pemda) menekan prevalensi stunting," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu Rochmat Jasin di Palu, Jumat.


 


Ia menjelaskan, bantuan makanan tambahan oleh pemerintah diberikan secara bertahap kepada balita di delapan kecamatan dari 46 kelurahan di ibu kota Sulteng, dan hari ini Kecamatan Palu Timur mendapat giliran.


 


Di Palu Timur, balita sasaran sekitar 157 orang mendapat paket makanan, diberikan secara bertahap termasuk enam orang ibu hamil.


 


"Pencegahan stunting dimulai dari 1.000 hari pertama kehidupan, oleh karena itu selain balita, ibu hamil juga diintervensi dengan bantuan makanan tambahan, pemberian vitamin maupun pemeriksaan kehamilan secara berkala," ujarnya.


 


Menurut data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPBGM) tahun 2022, sekitar 1.221 balita di daerah ini terkena stunting dari 22.400 lebih balita di Kota Palu.


 


Daerah ini salah satu lokus percepatan penurunan prevalensi "stunting" di Sulteng, yang mana langkah dilakukan yakni memasifkan aksi konvergensi dengan melibatkan organisasi perangkat daerah (OPD) pengampun, dan Dinas Kesehatan salah satu instansi yang terlibat.

 

"Percepatan pengendalian stunting perlu keterlibatan secara kolektif mulai dari sektor kesehatan, ekonomi, pendidikan, keagamaan, infrastruktur dan sekitar lainnya," ucap Rachmat.


 


Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023, angka prevalensi stunting Kota Palu 24,7 persen dari tahun sebelumnya 23,9 persen atau meningkat 0,8 persen.


 


Meski begitu, pemerintah setempat tetap optimistis dapat menekan prevalensi dengan optimalisasi berbagai program yang dievaluasi belum maksimal di tahun 2022.


 


Lalu data e-PPBGM, prevalensi stunting di ibu kota Sulteng turun sekitar 1,8 persen dari 7,85 menjadi 6,19 dari 90 persen hasil penilaian terhadap Balita, ibu hamil, dan komponen lainnya.


 


"Bentuk intervensi kami lakukan tidak hanya pemenuhan gizi, edukasi melalui promosi kesehatan gencar dilakukan melalui masing-masing Puskesmas," demikian Rochmat.