Hartini : Enaknya menjadi peserta JKN, tidak pusing pikir biaya berobat

id Bpjskesehatan, JKN, kis, layanan kesehatan, layanan JKN, peserta JKN, Rumondang Pakpahan

Hartini : Enaknya menjadi peserta JKN, tidak pusing pikir biaya berobat

Hartini, salah seorang peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). ANTARA/HO-BPJS Kesehatan Cabang Palu

Palu (ANTARA) -
Penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah berjalan satu dekade. Tidak sedikit masyarakat yang telah merasakan manfaat dari program ini, salah satunya adalah Hartini (42) yang merasa sangat terbantu dengan kehadiran Program JKN. 


 


Ia yang merupakan seorang tenaga pengajar di Sekolah Dasar Negeri Inpres Lolu 1 Kota Palu ini berbagi pengalamannya selama menjadi peserta BPJS Kesehatan, Rabu (9/8).


 


Sebelum dirinya lulus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Hartini selalu merasa cemas tentang biaya pelayanan kesehatan ketika berobat karena cukup menguras kantong dengan gaji sebagai guru honorer yang terbatas. 


 


Namun, segalanya berubah ketika Hartini terangkat menjadi PNS pada tahun 2008 dan mendapatkan hak jaminan kesehatan dari PT. Askes, yang kini dikenal sebagai BPJS Kesehatan.


 


“Awalnya, saya sempat khawatir karena beberapa kabar yang kurang baik terkait pelayanan di fasilitas kesehatan kepada peserta JKN, tetapi ketika pertama kali saya berobat di puskesmas hingga dirujuk ke rumah sakit, pelayanan yang ditawarkan tak seburuk kabar yang tersiar,” ujarnya.


 


Hartini mengaku, ia beserta keluarga telah menggunakan BPJS Kesehatan berulang kali. Terakhir, baru-baru ini pada bulan Juli 2023, Hartini dan keluarga kembali merasakan manfaat menjadi peserta JKN ketika anak semata wayangnya yang berumur tujuh tahun mengalami demam tinggi.


 


“Gejala awalanya hanya demam, batuk dan pilek, sehingga saya tidak terlalu khawatir karena saya pikir hanya gejala flu biasa. Saya mulai panik ketika di hari ketiga anak saya sakit, mulai muncul ruam merah di area belakang telinga, leher dan akhirnya menyebar ke seluruh badannya. Anak saya sempat juga muntah-muntah sehingga saya langsung membawanya ke Puskesmas Kamonji yang kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Anutapura,” cerita Hartini.


 


Setelah dilakukan pemeriksaan, anak Hartini didiagnosa campak atau measles. Campakadalah penyakit akibat infeksi virus yang ditandai dengan demam, sakit tenggorokan, dan ruam di seluruh tubuh. Infeksi campak berawal dari saluran pernapasan yang kemudian menular melalui percikan air liur.


 


“Inilah enaknya jika memiliki jaminan kesehatan, apabila tiba-tiba sakit seperti ini tidak khawatir lagi memikirkan biaya pengobatan. Coba bayangkan jika harus bayar tunai, pusingnya bisa dua kali lipat,” tuturnya.


 


Selama 15 tahun menjadi peserta JKN, Hartini merasa sangat terbantu, pelayanannya juga semakin mudah, cukup dengan memberikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) di fasilitas kesehatan, peserta program JKN dapat terlayani.


 


“Kebetulan anak saya belum memiliki kartu JKN tetapi sudah terdaftar masuk ke tanggungan saya. Saya sempat menghubungi kenalan yang ada di Kantor BPJS Kesehatan Palu untuk mencetak kartu, namun di infokan untuk menggunakan NIK atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja. Awalnya saya ragu juga, masa iya hanya dengan memberikan NIK, pasien akan dilayani. Sempat was was juga, takut ditolak di puskesmas. Ternyata benar, cukup dengan menggunakan KTP/NIK pasien sudah dapat mengakses layanan baik di puskesmas maupun di rumah sakit, yang penting kepesertaannya aktif,” ungkapnya.


 


Hartini juga membandingkan sebelum dan setelah adanya Program JKN. Ia mengatakan bahwa sebelum adanya Program JKN, banyak orang yang jatuh miskin akibat menjual asetnya karena harus membayar biaya pengobatan di rumah sakit, namun setelah adanya Program JKN masyarakat tidak perlu cemas lagi, yang penting kepesertaannya aktif, seluruh biaya pengobatannya pasti dijamin oleh Program JKN.


 


“Semoga BPJS Kesehatan terus meningkatkan pelayanannya dan semakin banyak masyarakat yang terselamatkan dengan program yang luar biasa ini,” tutupnya.